Dear Mentari. . .
Ketika wujudmu tiada lagi, dalam hari yang sedang ku jalani, maka hatiku pasti merindukanmu, teman… Sedangkan fikirku terus berkelana, untuk dapat merasakan pancaran sinarmu. Lalu, kini, aku harus pergi darimu. Bukan untuk tak mau menerima cemerlangmu. Pun tidak juga karena sinarmu yang belum cerah. Bukan itu, teman. Karena ku hanya ingin berbenah dulu, di dalam istana hatiku. Ya, karena akhir-akhir ini, ku merasakan ia mulai berkata, “Tolong bantu aku menetralisir apa yang ku rasa. Karena, bila terus begini, maka kondisi ku akan semakin tak beraturan”, pesannya. So, aku ikut dengannya. Untuk merawatnya.
Teman, tolong do’akan kami ya… Sedangkan engkau, tetaplah bersinar. Aku masih mengenangmu, merasakan kehadiranmu, dan memikirkanmu. Ke depannya, Insya Allah… aku masih akan mengirimkanmu berita dan kabar tentang keberadaan terkiniku, lewat note-note di sini. Oke.., 😀
@_Sampai Nanti_@