Mentari Oh… Mentari


🙂

Sudah hampir 3 tahun Mentari berada di kota kembang.  Kota yang sejuk, adem, ayem, dan menentramkan.  Tidak sampai 3 bulan lagi, angka 3 tahun itu akan genap.  Tepatnya 16 Juli nanti.  Insya Allah.  Tanggal yang selalu lekat dalam ingatan Mentari, awal hijrah ke sini demi meraih masa depan yang lebih baik.

”Bandung….. I am coming ”, kalimat yang terlintas dalam pikirannya dan terucap lembut dari bibirnya saat pertama kali menjejakkan kaki di kota kembang saat itu.  Waktu itu sore menjelang magrib.  Bus Primajasa yang  benar-benar berjasa telah menghantarkan Mentari sampai ke Terminal Leuwi Panjang. Gerimis sore itu seakan menjadi jawaban tersendiri terhadap ucapan Mentari. ”Selamat datang Mentari”, kata Bandung dengan suaranya yang khas.  Kami menyambut kehadiranmu, semoga bisa betah dalam pangkuan kami. ”Amin ya Robbal’alamin”, kami mengamini bersama-sama. Alam juga turut berdoa untuk Mentari.

Dinginnya kota Bandung, semakin melilit tubuh. “Brrrbbbrrr…… Nggak tahaaaaaaaaan. Bandung, teganya dirimu!. Hikz. Engkau memelukku sekuat tenagamu. Lepaskanlah aku, please….”,  ucap Mentari lirih.

Hal yang paling berkesan bagi Mentari sebagai pendatang baru saat itu, di pagi pertama keesokan harinya. Lutut bergetar hebat! Mentari tak sanggup berdiri, gempa setempat. Mentaripun hanya bisa pasrah, terduduk dalam dekapan cuaca pagi itu. ”Engkau begitu menyiksaku, luruh, luluh, hilang keseimbangan tubuhku, engkau begitu tega padaku, bukannya engkau tahu aku baru mengenalmu? ” bisik hati Mentari.

Itulah salam perkenalan tanda persahabatan di mulai.

Mentari yang hangat, penuh sinar, tiba-tiba menjadi tidak berdaya dalam buaian dinginnya kota Bandung di pagi hari. Tersiksa! Sepertinya inilah kata yang paling tepat untuk menunjukkan keadaan Mentari waktu itu.

Mentari Oh…. Mentari. Yang sabar yaaa.

🙂


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”