Shoptalk


Thank You for your time and attention

Thank You for your time and attention

Anda kehabisan ide untuk menghasilkan sebuah catatan? Tidak usah begitu, laaahh… Karena ada banyak cara yang dapat kita tempuh untuk menemukan ide dalam menulis. Salah satunya adalah dengan memperhatikan benda-benda apa saja yang ada di sekitar kita. Benda apakah yang saat ini sedang berada di dekat kita? Perhatikanlah ia dengan teliti. Pahami kehadirannya, lalu bertanyalah padanya, “Apakah ia baik-baik saja?”.

Lha, bagaimana kalau benda tersebut adalah makhluk tak bernyawa? Bagaimana ia dapat menjawab tanya yang baru saja kita sampaikan? So, sia-sia aja dong, bila kita masih memberikan pertanyaan padanya. Sedangkan ia tidak memberikan jawaban. Diam seribu bahasa, ini yang ia lakukan pada kita.

Seperti halnya yang saat ini sedang saya lakukan. Sebuah benda berwarna hitam, sedang berada dalam genggaman. Sudah sekian lama kami bersama. Semenjak beberapa tahun yang lalu, ia hadir dalam kehidupanku. Tiga tahun lebih, memang. Namun, selama masa tersebut, ia baik-baik saja. Sehat, segar dan prima. Saya sangat bahagia selama bersamanya. Karena ia menjadi jalan yang menghubungkan saya dengan siapapun di sana. Ai! My black eighpy, terima kasih yaa, atas peran bakti dan pengabdian yang engkau sampaikan pada diri ini.

Dalam masa yang lebih dari tiga tahun tersebut, ia membantu saya dalam berkomunikasi dengan banyak orang. Mungkin saja engkau salah seorang, wahai teman. Engkau yang menyapa atau yang tersapa. Engkau yang seringkali membaikiku. Engkau yang merasa terepoti oleh pertolongan yang saya pinta. Engkau yang ketika saya menanya, segera menjawab dengan wajah berseri-seri. Engkau yang terkadang menyahut di seberang sana dengan Hmhmmmm,…mmmmmm….mmmmm mmm (dengan huruf em-nya yang tersusun sangat banyak). Lalu, terdengarlah nada suara khas laki-laki. Waih! Siapakah lagi kalau bukan Bapak Aim, yang seringkali menjawab hanya dengan suara yang serupa. Tanpa kalimat yang terjalin walau hanya beberapa kata. Namun, suara tersebut berupa pertalian dua huruf saja, yang tersusun rapi. Ini terjadi, saat kami sudah terkoneksi.

“Pak Aim, Bapak Aim ada di mana, Pak?”

“Pak Aim… Yn mau minta tolong…”

“Pak Aim…. Pak Aim…”

“Pak Aaaaiim…”

Dan beraneka jenis kalimat yang maknanya senada, seringkali saya sampaikan pada beliau yang ternyata sedang mendengarkan dan menyimak saja. Tanpa suara yang beliau alirkan. Hanya mendengarkan, begini yang terkadang beliau lakukan. Buat apa semua ini terjadi? Apakah beliau baik-baik saja, hingga saat ini? Segala bakti yang beliau abdikan, menjadi jalan tersenyumku lebih indah lagi pada hari ini.

Teman, tanpa kita sadari ataupun kita menyadari dengan sepenuhnya, sungguh! Banyak pihak yang sedang berpartisipasi dalam perjalanan kita ini. Ya, karena kita adalah insan sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Lalu, ketika kebaikan demi kebaikan yang kita terima dalam proses berinteraksi dengan sesama, bagaimana tanggapan kita dalam menjalaninya? Terutama dengan sesiapa saja yang saat ini sangat dekat dengan kita. Ataupun yang sedang mendekat. Ai! Ia pun menjelma menjadi kebahagiaan tersendiri yang segera menaungi jiwa.

Kembali kepada sang black eighpy, yang sekarang sedang tersenyum. Ya, ini alat komunikasi, telah menemani saya dalam melanjutkan langkah, semenjak pertengahan tahun dua ribu delapan yang lalu. Hingga saat ini pun, ia masih menemani, ternyata. Sungguh, kesetiaan yang tidak perlu lagi kita pertanyakan pada sesiapapun. Baik kepada awan yang sedang menggumpal, pada titik air yang sedang membasahi alam, ataupun pada suara kodok yang sedang bergembira ria menyambut hujan.

Ya, tentang kesetiaan yang ia perankan atas keberadaannya, seringkali membuat saya ingin menjaganya selalu, dengan penjagaan yang terbaik. Agar ia dapat merasakan, bagaimana manfaat yang dapat ia alami atas apa yang ia lakukan. Wahai, engkau yang berarti, semoga kita dapat melanjutkan perjuangan dalam meneruskan cita bersama, yaa, my black eighpy. Semoga usiamu bersambung dalam waktu yang lebih lama. Sekarang engkau sudah baikan lagi, kaan?

Sendu, pilu, haru dan syahdu yang aku rasakan ketika beberapa hari yang lalu, ia mengalami kecelakaan. Ya, terjadi tragedi yang saya juga tidak tahu mau melakukan apa padanya. Karena tiba-tiba sudah ada saja, kalimat “Emergency” pada layarnya. Setelah itu, ia tidak merespon lagi, ketika saya usahakan untuk mengotak-atiknya. Ujung-ujungnya, ia pun masuk UGD untuk beberapa lama. Lebih dari sepuluh hari, teman…

Akhirnya, dengan segala ketegaran dan kekuatan jiwa yang terus menyapa, kami menjalani ujian ini dengan sepenuh hati. Berulangkali pula saya bolak-balik ke gerai Flexy, yang menyediakan solusi untuk kesembuhannya. Namun, saya tidak langsung dapat menemui sang dokter yang akan mengoperasinya. Karena ada beberapa persyaratan yang perlu kami penuhi sebelumnya. Termasuk menyediakan lembar dokumen pendukung. Agar, pengobatan berjalan lancar.

Tahukah Anda? Bukan eighpy-nya yang bermasalah. Namun, kartulah yang tidak dapat digunakan. Intinya, memang begitu. So, kami perlu menukarnya dengan kartu yang baru, tapi dengan nomor yang sama dengan yang sebelumnya. Karena ia telah rusak. Ya, rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Sebegitu parahkan accident yang menimpa sang kartu? Kasihan…

But, saat ini, kami telah sedang bersama lagi. Seperti kebersamaan yang kami lalui pada waktu yang sebelumnya, saat ini kami menjadi lebih dekat. Karena saya merasakan sendiri, betapa kehadirannya sangat berarti. Ya, tanpa bantuannya, saya tidak akan dapat berkomunikasi dengan beliau-beliau di sana. My eighpy  walaupun tampilannya sahaja, namun sangat bermakna. Ia bersama dia dan dirinya, adalah jalan kebaikan yang sedang saya lewati.

Tentang tampilan fisiknya yang memang tidak kekar, gagah maupun rupawan, namun bagiku ia sangat tampan. Tidak pula memandang kepada perawakannya yang hitam, memang. Ya, untuk menilai sahabat, tidak perlu dari raganya saja. Namun, bagaimana ia merelakan dirinya untuk  membantu kita, adalah salah satu jalan untuk menghargai keberadaannya bersama kita. Ia yang menjadi jalan bagi kita untuk dapat menghubungi sesiapapun di sana, adalah bukti bahwa ia sahabat kita.

Sahabat yang mengorbankan raganya demi kebahagiaan kita. Teman yang dengan sukacita, bersedia untuk kita isi ulang lagi, ketika ia sedang kehabisan energi. Ia yang walaupun hanya benda mati yang tanpa nyawa, namun sangat berarti. Ia yang aslinya tidak akan berfungsi kalau kita tidak memfungsikannya. Ia yang akan segera mati dalam beberapa hari, kalau kita tidak memberikan perhatian padanya. Ya, karena ia adalah benda mati. Maka akan lebih sering mati kalau tidak kita hidupnya. Lalu, bagaimana dengan para sahabat kita yang aslinya bernyawa, berjiwa, dan berhati nurani, bukankah peduli yang kita sampaikan adalah salah satu bukti kebersamaan? Wahai diri, sampai dimana peduli kita pada beliau di sana, para sahabat yang berbaik hati…

Seringkali saya menanyai diri sendiri akan hal ini.”

Kini, beliau sedang beristirahat. Terlelap dalam keheningan yang menemani. Tanpa suara-suara yang dapat menggetarkannya, meski sesaat. Ya, selamat beristirahat ya, friend. Ketika nanti masamu untuk mengabdi kembali hadir, dapatlah engkau melakukan yang terbaik.

Teman, bersama alarm yang senantiasa menyala pada waktu yang tepat, menjadi jalan pengingat bagi kita untuk menyegerakan apa yang ia ingatkan. Ya, karena rencana tersebut telah kita cipta bersama-sama. Tolong ingatkan saya yaa, kalau ia terlupa akan semua rencana yang kita rangkai.

Teman, agar kita dapat menikmati kebersamaan dengannya, maka kita perlu menghiasnya sedemikian rupa. Ya, agar ia menjadi lebih cantik. Siapa coba, yang tidak senang dengan kecantikan? Oleh karena itulah, maka saya memberinya sebuah anting yang berdering. Ditambah lagi dengan gantungannya yang bergambar senyuman. Saya suka dengan ekspresi yang seperti ini. Seperti dikau di sini, wahai mentari yang tersenyum. Anting tersebut, baru menempel di telinganya beberapa waktu sebelum akhirnya sang eighpy menderita koma, beberapa hari yang lalu. Namun, dalam masa tersebut, sang anting bersedia menemani eighpy  yang hanya mampu berbaring, tanpa daya, tanpa makna. Ini sudah berlalu.

Adakalanya, kita melihat sahabat tanpa makna, karena ia kehabisan energi. Pada waktu yang lain, kita menyaksikannya tanpa tenaga, karena kita belum lagi bersedia untuk memberinya daya. Apakah ini benar-benar wujud dari kasih sayang yang kita berikan pada sahabat? Ataukah karena kita tidak mau menyediakan beberapa waktu yang kita punyai untuknya, specially?  Memang, sahabat tidak meminta, namun dimana kita menyimpan inisiatif?

Dari sebuah telepon genggam saja, kita dapat menemukan bait-bait pesan dan nasihat. Ketika ia sedang tergeletak tanpa gerakan, ia terdiam. Dari sana kita memetik buah-buah kesan, bahwa sesiapapun sahabat kita yang saat ini belum lagi mau menyampaikan suara, semoga ia sedang mengenali keadaan. Lalu, ia akan segera angkat bicara apabila kesempatan terbaik telah datang menyapa. Ya, dengan berpikir positif, bahwa sang sahabat lagi berpikir untuk menemukan solusi yang terbaik. Hingga akhirnya, ia pun muncul membawa ide-ide terbaik.

Lalu, ketika telepon genggam tersebut kita gunakan, juga ada pesan yang dapat kita petik darinya. Fungsinya yang berguna sebagai alat komunikasi, menjadi jalan terhubungnya kita dengan beliau-beliau di sana. Walaupun hanya lewat suara yang mengalir. Ataupun melalui rangkaian kalimat-kalimat yang penulisannya lebih sering kita singkat. Dari sini, ada makna yang terselip jelas. Bahwa, para sahabat yang sedang berekspresi seperlunya saja, ternyata sedang memesankan kita untuk tidak berlebihan dalam hal apapun. Bukankah sesuatu yang berlebihan adalah mubazir. Dan sesuatu yang berlebihan,akan meninggalkan sisa pada akhirnya. Kalau secukupnya, adalah lebih baik, mengapa kita tidak memilihnya?

Selain itu, saat telepon genggam tiba-tiba mati karena ia sudah tanpa energi lagi. Di sini kita dapat menemukan sebait pesan. Bahwa para sahabat yang selama ini sedang kita bersamai, akan menjadi demikian pula. Kalau saja, kita tidak bersegera untuk memberinya energi. Ya, sebelum ia mati, ada baiknya kalau telepon genggam tersebut kita isi ulang baterainya. Agar kita dapat memfungsikannya segera, kapanpun kita memerlukannya. Berbeda halnya, kalau ia sudah terlanjur mati. Karena kita belum memberikan perhatian yang intensif padanya. So, kita perlu meraih sebuah chargeran terlebih dahulu. Kemudian, mencari sumber aliran listrik yang dapat kita gunakan untuk mengisikan energi padanya. Tentu akan lebih efektif, kalau sebelum ia benar-benar mati, kita telah mengisi baterainya lagi.

Bagaimana, kalau baterai hape kita sudah berada pada kondisi kritis? Padahal, saat itu kita sedang terhubung dengan seseorang di ujung sana. Kalau kita tidak segera menyambungkannya pada sumber energi, maka kita tidak dapat memastikan bahwa komunikasi yang sedang berlangsung akan terus berlanjut. Terhenti di tengah jalankah? Akibatnya, kita pun belum lagi dapat bertukar informasi dengan beliau di sana.

Lalu, ketika telepon genggam yang saat ini sedang berada di dalam genggaman kita, sedang berfungsi optimal, bolehlah kita tersenyum meriah bersamanya. Karena kita tidak menyangsikan lagi akan kesetiaannya. Dengan energinya yang penuh, ia dapat memberikan pelayanan terbaik kepada kita. Sehingga, kita dapat memakainya lebih lama, untuk bertukar informasi via suara atau lewat pesan singkat yang tertulis.

Saat kita melakukan panggilan keluar, juga ada pesan yang tersirat didalamnya. Ada kebelumpastian yang sedang kita alami, bersama aktivitas yang satu ini. Ya, akankah tujuan yang sedang kita hubungi akan menjawab panggilan kita? Ataukah belum ada respon untuk menanggapi? Di sini, kita sedang belajar tentang kesabaran. Karena pentingnya maksud yang ingin kita sampaikan, maka kita segera melakukan panggilan keluar. Nah! Apakah panggilanmu sudah terjawab, teman? Bagaimana rasa yang engkau alami ketika hal ini terjadi? Lalu, bagaimana kalau yang terjadi malah sebaliknya? Apa yang dapat engkau perbuat? Meninggalkan pesankah?

Lalu, tentang panggilan masuk. Kita juga dapat menangkap pesan tersirat dari panggilan masuk yang sedang terjadi. Di sini, kita menghadapi dua pilihan. Apabila kita mengetahui ada yang melakukan panggilan. Apakah kita akan segera memencet tombol berwarna hijau, lalu menyampaikan sapaan? Namun, bagaimana kalau kita sedang berada jauh darinya, saat panggilan datang menyapa? Tentu akan ada sebaris kalimat yang menjadi jejak, yaa..? Satu buah misscall, dari seseorang tidak dikenal. Siapakah beliau?  Ada keperluan apa, yaa? Akhirnya, timbullah tanda tanya. Tanda tanya yang menggerakkan kita untuk mendial nomor yang serupa. Agar kita tahu, mengapa ada panggilan baru saja? Lalu, bagaimana pula dengan sebaris nama yang telah kita kenal, dan akhirnya mejeng sebagai panggilan tidak terjawab. Ai! Hari ini menjadi begitu penuh warna. Saat ada yang menyapa, ada yang tersapa, ada yang tidak terjawab, ada yang belum menjawab. Ai! Inilah dunia yang menjadi jalan hadirnya kisah nan lebih megah dalam perjalanan kehidupan kita.

Saat seorang sahabat menyediakan dirinya dengan aneka permainan, juga dapat kita temukan dari telepon genggam. Ya, karena bersamanya, kita dapat bermain-main sejenak, selepas beraktivitas yang super serius. Dengan maksud untuk mensegarkan pikiran yang mulai ramaikah? Atau untuk menemukan sebuah jawaban dari beraneka tanya yang hadir? Di sini, kita dapat memetik hikmah juga. Dari jenis permainan yang bagaimanapun namanya, bagaimanapun proses untuk mengoperasikannya, kita juga sedang menemukan pesan yang tersirat. Tentang perlunya bergerak lebih sering, agar kita dapat mencapai nilai yang tertinggi. Ya, bergiat ria dalam menggerakkan jemari, adalah salah satu jalan untuk menyelesaikan sebuah permainan, sebelum waktunya habis.

Memang, tidak semua permainan menyediakan batas waktu. Namun, ketika kita bertemu dengan jenis permainan yang berjadwal, maka kita perlu menyelesaikannya segera. Agar, kita tidak membaca sebuah kalimat yang hanya terdiri dari dua kata, “GaME OvER”. Hahaa… 😀 Saya seringkali berhadapan dengan dua kata ini. Ya, setiapkali saya mengoperasikan permainan, maka kecepatan yang saya berikan, belum bisa mengimbangi. Lalu, saya berpikir begini, “Hanya Permainan”. Kemudian, segera mengulangi lagi, kalau saya masih ingin bermain yang serupa. Dan beralih ke permainan lainnya dengan tantangan yang berbeda.

“Untuk dapat bermain lancar, kita perlu sering berlatih”.

🙂 🙂 🙂


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”