Own My brother Pemuda tangguh nan hampir dalam…


Own… My brother. Pemuda tangguh nan hampir dalam bayangku, segera.

Uni… My oldest sister. Perempuan hebat nan mengembalikan ingatanku, akan persaudaraan kita.

Ody… My youngest brother. Beliau, adik yang seringkali mensenyumkanku. Setiapkali aku mengingat beliau. Ya, beliau yang pinter mengacak bahasa. Entahlah, di masa dulu saya belum mengerti. Bahasa apa yang beliau pakai saat berkomunikasi denganku. Asing, bagiku saat itu. Hingga akhirnya, bahasa yang beliau pakai tersebut, sukses mengacak-acak emosiku pula. Sampai aku berekspresi 100% full dalam menanggapinya. Seperti; ketika tertawa, aku benar-benar lepas kendali. Sampai menetes airmata segala, saking gelinya. Upz! Sure. Sampai kini pun begitu. Ada aja yang beliau sampaikan padaku, saat kita berkomunikasi. Intinya, aku mengerti apa yang beliau sampaikan. Sehingga ku berekspresi. Karena beliau sangat pintar mengacak kata dalam berbahasa.

Seiring dengan perjalanan waktu, aku pun tahu. Bahwa bahasa acak yang Ody komunikasikan padaku, dulu, hingga saat ini adalah “Bahasa anak muda, ternyata”. Karena akhir-akhir ini, aku seringpula berbaur dengan pengguna bahasa tersebut. Wahai pemuda, mau engkau bawa kemana, masa mudamu? Untuk apa engkau memanfaatkannya, wahai generasi penerus? Aku juga pemuda, kini. Eits! Pemudi, lebih tepatnya. Kan saya perempuan. 😆

Ona… Saat ini, beliau sedang bersiap untuk menjadi Ibu. Karena di dalam perut beliau, ada calon bayi. Insya Allah, our new baby akan hadir menyapa, sebelum tahun 2011 usai. Ai! Saya sangat merindukannya. ‘Menunggu buah hati, pelipur jiwa. Mentari, dambaan ummah’. Ini berarti akan bertambah ‘seorang khalifah-Nya’ dalam keluarga kami. Yes! Semoga engkau selamat dalam perjalanan, ya, Nduk. Ahlan wa Sahlan di dunia. Tempat pemberhentian kita, sejenak. Untuk selanjutnya, kita menempuh perjalanan ke alam lain, dengan diantar olehnya. Intinya, teruslah bergerak selama di sini. Kalau engga? Kita kapan nyampenya, iya kan?

Lalu, Mentari?
Aku juga ingin bersamamu, wahai sahabat…

Setiap Shubuh,
ku menantimu menyinari bumi,

Setiap kali ingat padamu, aku ingat Ibunda,

Setiapkali ku terharu, hatiku merindukanmu. Karena ku tahu, engkau adalah jalan nan mensenyumkannya. Sedangkan sumber senyumannya adalah Allah subhanahu wa Ta’ala, Yang Membolak-balikkan hati hamba-hamba-Nya. Karena hati kita ada dalam Kekuasaan-Nya. Ya, hati yang menjadi jalan kita dapat merasakan beraneka rasa. Termasuk rindu nan menerpaku, saat ini.

@ Dear mentari…
Hatiku siap menyambut hadirmu, friend . . .


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”