Kembang dari Kota Kembang


This slideshow requires JavaScript.

Teman, lihatlah sekuntum dua kuntum bunga yang sedang mekar. Di sisinya ada dedaunan yang mempercantik tampilannya. Di sekitarnya ada duri-duri yang sedang memberikan perlindungan pada batangnya. Bahkan sangat dekat dengannya, ada helai-helai dedaunan lainnya yang menyelingi. Terkadang, kita melihat pula ada jemari yang mendekat padanya. Jemari yang terpesona dengan keelokan kembang. Lalu ia mendekatinya.

Teman, begitu pula dengan kehidupan yang sedang kita jalani. Hingga saat ini, ada senyuman yang sedang kita ukir, muncul pula di wajah yang kita bawa. Ada kesejukan yang menaungi relung jiwa. Ada pula perlindungan yang kita berikan kepadanya. Dan sangat dekat dengan kita, ada sapaan yang memberikan pewarnaan terhadap diri. Terkadang, kita menyadari, bahwa ada jemari yang sedang memberikan gemulainya mendekati kita. Kita sedang berada dalam tatapan-Nya. Kita berada dalam genggaman-Nya.

Teman, seiring dengan perjalanan waktu, kita akan menyadari, tentang makna kehadiran diri. Tentang kehadiran kita saat ini. Tentang berbagai warna hidup yang kita alami. Baik untuk keadaan yang kita senangi, maupun keadaan yang membuat kita kembali mengalirkan pikir lebih jauh.

Pada suatu waktu, kita berjumpa dengan apa yang selama ini hanya ada dalam harapan saja. Nyata-nyata, dan terlihat dengan tatapan mata yang sedang memandang. Ya, adakah kita mensyukuri atas segala yang sebelumnya kita harapkan terjadi dan kita mengalami saat ini? Begitu pula dengan kesabaran yang perlu kita pupuk pada saat yang tepat. Karena kita tidak pernah tahu, melalui kehadiran siapa, kita belajar untuk bersabar. Kita tidak dapat menerka-nerka, saat berinteraksi dengan siapa, kita mengalami pendewasaan diri. Iya, kita jalani apa yang terjadi, tanpa henti memetik kembang hikmah darinya. Kita hidupkan hari, dengan terus menata niat, untuk keperluan apa kita berbuat? Untuk kepentingan siapa kita bersikap? Sehingga kita kembali mau menyadari, sadar dan tersadari setiap saat. Semoga hanya yang terbaik yang kita perbuat, terhadap siapapun yang kita bersamai. Karena, tidak selamanya kita bersama, dalam kondisi dan suasana yang sama. Akan ada kabar yang lebih membahagiakan jiwa, di hadapan. Saat kita mau berjuang untuk menjemputnya.

Kabar tentang apakah teman?

Teman, hari demi hari datang dan pergi silih berganti. Banyak jenis warna hidup yang kita temui. Beraneka karakter insan yang kita bersamai. Begitu pula dengan cuaca serta iklim yang menyelingi. Kita tidak dapat memastikan panas berkepanjangan sepanjang siang. Tidak pula kita yang menentukan kapan hadirnya hujan yang membasahi bumi. Malam pun begitu. Tidak selamanya bebintang terlihat berkelipan. Pada masanya, purnama menunjukkan pribadinya yang mempesona. Hingga tahulah kita bahwa ternyata, silih bergantinya tampilan alam, memberikan kita bahan pelajaran. Untuk kita pahami dengan sebaik-baiknya. Agar, kita dapat memetik kembang-kembang hikmah yang bermekaran,  dari alam-Nya.

Teman, saat cuaca begitu terik pada siang hari, tersenyumlah bunga dengan meriahnya. Karena terpaan sinar mentari yang menembus kelopaknya, membuat para kelopak menjadi lebih berseri. Pada waktu yang lain hujan kan turun menetes padanya. Maka, kesegaran dapat segera ia rasakan, ketika hujan datang untuk memberikan kedamaian. Sedangkan tiupan bayu yang bersemilir mendayu, memberinya kesempatan padanya untuk melambaikan tangkai dengan lembut.

Teman, terik mentari yang bersinar cemerlang, hujan yang menyejukkan, begitu pula dengan semilir angin yang sepoi, memberikan bahan pelajaran pula. Pada kembang yang sedang mekar, ia menitipkan pesan. Melalui keadaan dan nuansa berbeda yang mereka bawa, benih-benih pelajaran sedang menebar.

Teman, saat kita memberikan beberapa menit waktu untuk memperhatikan kehidupan kembang yang sedang mekar. Dapatlah kita dapat memaknainya bersamaan dengan pemaknaan yang kita berikan pada kehidupan yang sedang kita jalani. Kita yang sama-sama berada di alam bersama kembang-kembang tersebut.

Teman, kita dapat bergerak dan melangkah. Untuk berpindah ke lain arah.  Dengan demikian, kita dapat menemukan nuansa yang berbeda, segera. Sedangkan kembang tersebut tidak dapat berpindah untuk menunjukkan bahwa ia juga sedang bertumbuh. Namun, pergerakannya dapat kita saksikan, dari perubahan yang ia alami. Berubah fisiknya yang bertumbuh ke bagian atas dan  berkembang daunnya lebih lebar. Pun bermekaran pula kelopaknya yang cantik. Sebelumnya mereka tiada, bukan?

Teman, engkau yang saat ini sedang berada sangat dekat dengan kuntum-kuntum kembang yang sedang mekar, dapat memperhatikannya lebih teliti. Kalau di samping ruang tempat tinggalmu ada taman yang penuh dengan bunga-bunga bermekaran. Akan tetapi, kalau engkau tidak mempunyai kembang di taman dekat rumah, maka engkau dapat membayangkan saja. Bahwa sangat dekat denganmu, ada taman yang penuh dengan bunga-bunga yang indah. Ya, di dalam hatimu. Di sana terdapat sebuah taman yang sedang bermekaran bunga-bunga senyuman.

Bayangkan… bayangkanlah bahwa taman tersebut sedang berhiaskan warna-warni sungguh indah.

Rasakan… rasakanlah aroma semerbak yang menerpa indera penciumanmu. Sungguh! Kesegaran alami yang hadir menerpa, dapat engkau rasakan? Bukalah matamu lebih lebar, mata hatimu. Karena, kalau tamanmu berada di dalam hati, maka engkau hanya dapat membuka mata hatimu untuk dapat melihatnya.

Sedangkan dua bola matamu yang berkedipan, dapat engkau buka dengan baik. Lalu, menghadaplah ke arah taman di samping tempat tinggalmu. Hai! Memandang ke taman tetangga juga boleh.  Hanya untuk melihat saja, sejenak. Agar kita dapat sama-sama menyaksikan sebuah taman yang sedang berbunga-bunga,  saat ini.

Setelah itu, yuuks kita belajar memaknai sebuah taman yang sedang kita pandangi saat ini, bersama-sama. Ada bunga apa saja, yang berada dalam pandangmu saat ini, teman? Bunga mawar berwarna orange-kah? Bunga mawar berwarna putih, merah, atau pingky? Ataukah ada melati di sekitarnya? Bagaimana dengan bunga yang kelopaknya sungguh lebar? Dapatkah engkau menemukan salah satunya? Seperti bunga Rafflesia, mungkin? Ai! Ini bunga yang langka.

Nah! Bagaimana dengan kuntum-kuntum yang kelopaknya sangat kerdil dan keciiil? Edelweis, namanya. Adakah bunga tersebut engkau saksikan pula saat ini, teman? Edelweis yang tumbuhnya tidak pada sembarang tempat, ia terlindung sungguh terjaga. Ia tiada di mana saja. Kecuali kalau engkau membawanya sehabis perjalanan menembus alam yang penuh dengan tantangan. Di puncak-puncak gunung tertinggi, Edelweis berasal.

Ai! Sudah jauh ke puncak gunung, pikirku berkelana. Padahal, semulanya kita berada di taman yang penuh dengan bunga-bunga beraneka warna. Mari, kita kembali ke rumah. Ya, kembali kita untuk memperhatikan kuntum-kuntum bunga di taman samping rumah. Kembali kita memperhatikan kembang yang sedang bermekaran, di taman tetangga. Kembali kita memupuk kembang senyuman yang berasal dari taman hati.

Kita perhatikan dengan seksama, kuntum-kuntumnya yang indah. Ia hidup bersama segar aroma wanginya yang mendamaikan. Kita mendekatinya lebih dekat. Dan salah satu dari kembang tersebut, kita sentuh dengan penuh kehati-hatian.

“Lihatlah teman, Teh Feni sedang mempraktikkan hal yang serupa. Beliau sempat mengabadikan lembaran jemari yang sedang mendekat dengan kuntum kembang yang sedang mekar. Dua lembar potret sebagai kenangan berasal dari beliau. Saya yang minta. Hahaaa… 😀  Dengan kebaikan, beliau memblutut ke hapeku, beberapa waktu yang lalu. Xixixiii. Terima kasih ya, Teh Feni.”

Kuntum kembang berwarna orange tersebut, pernah pula saya saksikan beberapa waktu yang lalu. Entah di mana, dan kapan tepatnya, saya tidak dapat mengingat lagi. Namun, pada waktu yang sama, terbersit pinta pada relung jiwa. Ia ingin mengabadikan kuntum tersebut. Ia ingin memperhatikan kembali kelopaknya yang sedang bermekaran. Ia ingin membawanya pulang. Namun, semua baru harapan, ketika itu.

Waktu terus berlalu. Hingga akhirnya, kembang yang pernah ia perhatikan dengan tatapan mata dalam nyata, kini tiada.

Beberapa hari kemudian, berkesempatan pada suatu siang, Teh Feni memperlihatkan kuntum-kuntum kembang yang sedang bermekaran di sebuah pot. Pot tersebut berada di lantai dua teras rumah beliau.

“Yani sukaaaaaaaa…….. Teh Feni cantik, dech,” senyumanpun mengembang dari wajahku.

Wajah yang segera berbunga-bunga. Ia teringat kuntum kembang senada, yang pernah ia perhatikan pula. Namun, ia tak berkesempatan mengabadikannya. Padahal, sangat ingin ia membersamainya lebih lama. Apa daya, belum berjodoh kiranya dengan sang bunga.

Untuk selanjutnya, kembang-kembang berwarna orange, telah menempuh masa pengeditan. Ada lembaran lain yang ia singgahi. Ada halaman berikutnya yang ia hampiri. Ada taman berikutnya yang ia tumbuhi. Di sini, di taman hati seorang sahabat. Lembaran maya, tempatnya berada kini. Untuk bertumbuh pula, menampakkan kelopaknya yang mempesona. Kelopak berwarna orange yang  cantiiikkk dan aku sangat suka.

Teman, dalam kehidupan ini, terkadang kita tidak dapat memperoleh apa yang kita inginkan, secara langsung. Ya, pada saat kita menginginkannya, kita belum tentu membersamainya. Seperti halnya kisah yang saya alami pada waktu yang sebelum ini. Ketika saya pernah menyaksikan sekuntum kembang mawar berwarna orange, entah di mana. Namun pada saat yang sama, ada keinginan untuk memperhatikannya lebih lama. Dan beberapa lama kemudian, ia telah membersamai. Maka, mengabadikannya dengan bersyukur adalah pilihan. Saya bersyukur atas kembang berwarna orange yang Teh Feni perlihatkan, lalu beliau rela mentransfernya.

Teman, saat kita berjumpa dengan apa yang selama ini kita inginkan. Lalu, dapatkah dan maukah kita memanfaatkan kesempatan? Ketika banyak orang bilang, bahwa kesempatan tersebut tidak datang untuk kedua kalinya, benarkah? Saya masih belajar untuk memaknai kalimat yang serupa. Serupa namun tak sama. Ya, tergantung pada bagaimana cara kita dalam memaknai kesempatan, kali yaa. Apakah kita beranggapan bahwa kesempatan yang datang saat ini, merupakan kesempatan satu-satunya?

Teman, saya sangat yakin, bahwa peran Allah sangat besar terhadap kehidupan kita. Termasuk apa yang sedang kita jalani hingga saat ini. Semuanya telah Allah atur dengan sangat rinci. Tentang beraneka keadaan yang kita jalani, mungkin saja kita belum menyadari. Ataukah kita terlampau memahami. Sehingga kita terkadang belum mampu mengendalikan hari. Kita seakan terbuai oleh apa yang berada pada genggaman orang lain. Namun, bagaimana kepedulian kita pada apa yang sedang berada dalam genggaman Allah?

Semenjak dahulu, kita belajar. Semula hadir di dunia, kita belajar hal-hal yang baru. Hingga saat ini pun begitu. Banyak pengalaman yang kita alami. Banyak jenis karakter insan yang kita temui. Kita tidak hanya bersama dengan Ayah dan Bunda yang memberikan kita pelajaran lebih awal. Hingga detik ini, entah sudah berapa orang yang kita temui. Semua menitipkan kita bahan pelajaran, tentang kehidupan. Karena banyaknya, terkadang kita jarang mengingat. Kita yang tersibukkan dengan harapan dan keinginan yang terus kita bangun. Kita mungkin saja tidak menyadari, sudah sejauh apa kita melangkah hingga detik ini.  Untuk keperluan apakah?

Padahal, semua kita sama-sama membawa sebuah taman yang sedang berada dalam genggaman-Nya. Taman yang perlu terus kita jaga, karena ia adalah titipan dari pemiliknya. Taman yang penuh dengan bunga-bunga beraneka warna. Salah satunya adalah bunga senyuman.

Boleh kita memberikan sekuntum bunga pada teman, bunga senyuman yang kita petik dari taman hati. Lalu, kelopaknya pun menebar meluruh dengan taburan semerbak yang menyegarkan. Percayalah, senyuman itu  mampu menyegarkan keadaan. Dalam terik panas sekalipun, ia menitipkan kesejukan. Ketika hujan membasahi alam, ia selipkan kehangatan.

Teman, terkadang, sangat banyak aktivitas yang kita jalankan. Sehingga membuat kita sangat tidak mudah untuk mengukir senyuman. Beratnya beban pikiran yang bernaung dalam ingatan, dapat pula membuat senyuman terlihat mahal.  Padahal, sekuntum senyuman yang kita petik dari taman hati, sungguh sangat berharga. Ia berharga, kalau kita memetiknya dengan sungguh-sungguh. Nilainya berharga, saat kita memberikan senyuman pada siapa saja yang membutuhkan. Termasuk beliau yang inginkan senyuman menghiasi hari-harinya. Niscaya ia akan memberikan penghargaan atas senyuman yang kita  berikan.

Teman, boleh saja, kita belum lagi mau tersenyum.  Namun, untuk keperluan apakah kita dititipi taman hati yang perlu kita jaga? Boleh saja kita menerima senyuman dari beliau-beliau yang kita temui. Karena beliau  memberikan senyuman kepada kita. Lalu, kita tempatkan pada bagian manakah senyuman tersebut?

Teman, saat pemberi senyuman memetik kuntum senyuman dari taman hatinya, pasti ada tempat terbaik yang senyuman cari. Senyuman yang muncul ke hadapan kita, tidak serta merta kita lihat sekilas saja, lalu kita tidak tahu lagi ia berada di mana? Hai, bagaimana kondisi taman hati kita pada waktu yang sama? Ketika kuntum senyuman dari orang lain menyapanya, namun kita belum memberikan perhatian padanya.

Teman, ketika kita perlu berusaha keras untuk mendaki puncak tertinggi hanya untuk merasakan kelegaan. Lega karena kita dapat bertemu dengan Edelweis. Namun tidak begitu dengan kuntum senyuman. Ia dapat kita peroleh kapan saja. Kita pun dapat memberikannya kapan saja. Tidak memerlukan usaha yang optimal, hingga menetes keringat membasahi raga. Tidak! Tidak sesulit dan serumit itu, kiranya. Hanya membutuhkan taman hati yang terjaga, maka kita dapat memberikan kuntum senyuman pada sesiapa saja yang kita jumpa. Yah.

Semoga, banyak hikmah yang dapat kita peroleh dari waktu ke waktu. Atas berbagai suasana dan keadaan yang bahkan tidak kita pinta. Semoga kita lebih mudah untuk memaknainya. Karena, kehidupan yang sedang kita jalani adalah kumpulan bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang dapat kita pahami, kalau kita mau memahaminya. Bahan pelajaran yang dapat menyampaikan kita pada harapan. Untuk menjadi seorang yang bermanfaat, lebih baik dari waktu ke waktu. Karena kita meyakini, ada sebuah taman yang perlu terus kita jaga. Taman yang berada dalam genggaman-Nya. Hati, taman Ilahi.

“Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.” (Q.S Al Israa’: [17]: 25

🙂 🙂 🙂


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”