Yakin dan Berjuanglah


Perjuangan terus berlangsung

Perjuangan terus berlangsung

Keyakinan yang terpatri di dalam hati, menjadi jalan untuk hadirnya kemudahan demi kemudahan dengan segera. Yakinlah, bahwa tiada satupun hasil semenarik apapun itu, yang tercipta tanpa pengorbanan terlebih dahulu. Ya, dalam proses mencapai hasil yang terbaik apalagi. Tiada yang terjadi dengan sendirinya. Pasti perlu kerelaan untuk meninggalkan apa yang semestinya tidak kita tinggalkan. Di sini, kemauan kita sedang mendapatkan pertanyaan. Ketika seharusnya kita melanjutkan perjuangan bukan di sini, maka di sana adalah lokasi yang terbaik. Kalau di sana kita belum mempunyai kesempatan untuk berbuat yang terbaik, maka di sini adalah wahana yang perlu kita manfaatkan untuk membuktikan eksistensi. Begini nalarnya. Yes! Selagi kita mempunyai kemauan yang kuat untuk melanjutkan langkah, maka jalan-jalan senantiasa membentang indah. Ia terbuka dengan segala kebaikannya. Tidak mudah memang, menyeberangi jembatan yang sedang membentang di hadapan. Kalau saja kita mempunyai keberanian yang belum paripurna, maka engga jadi aja nyebrangnya. Lalu, bagaimana kita akan sampai di negeri sebelah? Kalau satu-satunya cara yang perlu kita lakukan adalah dengan menyeberang jembatan yang sedang membentang dengan indahnya, why not?

Meskipun awalnya kita sangat takut dan cemas akan terjatuh. Namun kalau kita sedang membayangkan bagaimana pemandangan terindah yang sedang menanti di hadapan, maka keberanian akan tumbuh dengan sendirinya. Apalagi kalau kita menyeberang jembatan dengan penuh keyakinan. Yakin dapat menelusuri jembatan yang menjadi penghubung lokasi keberadaan kita saat ini dengan yang di sana. Waih! Berlari-lari di sepanjang jembatan, tentu kita menjadi lebih senang. Walaupun jembatan tersebut hanya terdiri dari seutas tali yang membentang.

Pernahkah engkau, wahai teman, bertemu dengan sebuah jembatan dalam perjalanan kehidupanmu? Ya, jembatan yang adanya tidak pada setiap jalan. Ia hanya ada pada posisi-posisi tertentu saja. Jembatan itu menjadi pengaget kita yang sedang melalui jalan setapak. Ia tiba-tiba saja sudah membentang di hadapan. Siapkah kita menyeberang? Kalau memang kita sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelum sampai pada arena jembatan, maka kita pasti menempuhnya segera. Namun, bagaimana kalau kita tidak pernah membayangkan akan ada jembatan yang menjadi bagian dari rute yang akan kita tempuh? Pasti kaget banget, yaa?

Jembatan, adalah penghubung antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Sedangkan di bawahnya terkadang ada aliran sungai. Berbeda halnya dengan jembatan layang yang di bawahnya engga mesti ada sungai, tha.

Dalam melanjutkan perjuangan menuju tujuan yang telah kita tentukan, ada masanya, kita menyeberang di atas jembatan, jembatan apakah itu, teman…? Sudah berapa buah jembatan yang engkau temui selama perjalananmu? Ataukah engkau memang tidak menemukannya sama sekali? Lalu, bagaimana kesanmu saat berada di atas sebuah jembatan yang sedang membentang dengan kokohnya? Apakah engkau dapat merasakan semilir angin yang sepoi sedang menerpa wajahmu dengan bebasnya? Apakah gemericik aliran air yang berada di bawah jembatan, menarik perhatianmu dengan mudahnya? Ataukah kebisingan sedang engkau dengarkan di bawah jembatan layang yang sedang engkau lalui? Ya, karena di bawahnya juga ada jalan yang sedang membentang panjang hingga ke ujung mata memandang.

Dalam perjalanan yang sedang engkau tempuh untuk meraih cita, apakah jembatan sebenarnya yang engkau temui? Ataukah engkau bertemu dengan banyak pihak yang menjembatanimu dalam meneruskan langkah? Apakah engkau bertemu dengan beliau-beliau yang rela menjadi penghubung dan memberikan bahunya untuk menyandarmu beberapa lama? Dari kelelahan yang engkau rasakan bersama penat yang memenuhi raga, tiba-tiba ada yang mengulurkan tangannya untuk merengkuh jemarimu. Kemudian beliau mengajakmu untuk berehat sejenak di ruang hatinya. Walaupun dengan sebaris nasihat yang beliau sampaikan, bersama saran yang tidak tersusun dari beberapa paragraf yang tersusun. Namun, hanya dengan beberapa kata yang mengalir dari damainya jiwa, maka engkau pun dapat tersenyum ketika menerimanya. Ya, engkau merasakan semua itu sebagai aliran air yang mengurangi dahagamu. Karena engkau memang belum minum seharian. Bagaimana pula dengan beliau yang memberikan nutrisi terbaik padamu, berupa kemudahan demi kemudahan yang engkau terima dengan senyuman. Walaupun belum menyantap menu makan siang yang semestinya sudah berada di hadapanmu, maka nutrisi tersebut telah membuatmu tidak membutuhkan makanan lagi. Engkau begitu semangat dalam menyimak setiap masukan demi masukan yang beliau sampaikan. Bersama itu, engkau kembali memunculkan tekad, “Yes! Bersama Kita Bisa.” Bagi seorang pejalan yang baru menempuh rute dalam perjalanan, bertemu dengan penduduk setempat yang sedang berjalan pula adalah satu kelegaan tersendiri. Apalagi kalau beliau mau memberikan jawaban atas tanya yang sang pejalan sampaikan. Maka, terasa lokasi tersebut bukan lagi tempat yang asing baginya. Namun ia akan merasa sedang berada di kampung halaman sendiri. Walaupun aslinya, jarak yang ia tempuh sudah demikian jauh. Entah di mana namanya, ia tidak tahu. Makanya, bertanyalah sang pejalan dengan beberapa kalimat yang ia sampaikan. “Bagaimana caranya agar dapat sampai ke negeri Y, Bu,?” Begini salah satu tanya yang ia sampaikan, di antara sekian banyak tanya yang telah tersusun semenjak semula. Hanya dengan memandangi dan mempelajari peta perjalanan, kita bisa mengikuti jalur yang seharusnya kita tempuhi. Namun, dengan bertanya, maka kita dapat memberikan sapaan pada sesiapa saja yang kita temui. Setidaknya, kita menemukan pengetahuan baru dari rangkaian kalimat yang beliau sampaikan.

“Buat Ibu Hetti, Kaprodi kami yang cantiiik, terima kasih ya Ibu…”


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”