Udara sore kembali menerpa alam Untuk menyampaikan kesejukan…


Udara sore kembali menerpa alam. Untuk menyampaikan kesejukan pada bumi yang telah seharian tersengat teriknya mentari. Kemudian, damai pun mengalir seiring dengan semilir bayu yang mendekat. Ya, dengan segera, ia hadir untuk menetralkan suasana. Hingga yang terasa hanyalah teduh, tenang, dan syahdu bersamanya.

Wahai semesta…
Melalui rengkuhan indahmu, ku sampaikan gempita rasa nan tlah berputik. Harap ia menjadi buah kesyukuran dalam nyata. Agar keberadaannya mampu mengirimkan pesan padamu. Ya, padamu.

Wahai semesta…
Kelak engkaupun tahu tentang suara hatiku. Pun getaran nan menggerakkan jiwaku untuk menyapamu. Ya, itupun jika memang tak kini.

Wahai semesta…
Engkau ada untuk ku curhati. Tentang berbagai rasa yang ku alami. Pun, aku ada untuk memberi warna, pada tampilanmu yang seringkali membuatku terpesona. Sampai akhirnya, berbunga-bunga seringkali ku rasa di dalam jiwa. Atas partisipasimu, teman.

Wahai semesta…
Kini aku dapat menangkap selirik pesan yang engkau titipkan pada sang bayu. Karena ia telah beraikan segalanya, baru saja.

Wahai semesta…
Sekelumit nada nan mulai memelodi, juga ku rasa kini. Tepatnya, semenjak tadi, teman. Sejenak setelah sang bayu menyapu pipi ini.


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”