Alhamdulillaahirabbil'aalamiin


Di balik awan

Di balik awan

Sekian lama engkau membersamaiku dalam menjalani waktu kita. Meskipun tidak selalu sinarmu mencerahi hariku. Namun aku yakin dan sangat percaya bahwa engkau senantiasa ada dan bersinar untukku.

“Backsound:: Maudy Ayunda: Perahu Kertas”

Ku bahagia kau telah terlahir di dunia,
Dan kau ada di antara milyaran manusia,
Dan ku bisa … Menemukanmu

***

Sinarmu yang tak mesti terlihat itu, ia ada. Kebelumterlihatannya yang mengajarkanku untuk bersabar hingga sinarmu terlihat oleh bola mata ini. Hingga saat yang Ditentukan-Nya tiba, kita dapat melihat dengan jelas. Lalu sadarlah kita karena sudah pasti berbeda antara yang semu dan yang nyata. Dan sinarmu juga begitu. Apakah hanya kesemuan saja? Atau benar-benar ada?

Setiap hari aku tergoda untuk melirikmu lagi. Begitu terus, demikian adanya. Karena engkau benar-benar ada…

Hingga saat ini, aku terus menjaga harapan yang telah terlanjur mempohon. Harapan yang membuatku bersegera bangkit dari lelahnya lelapku. Lalu ku membuka jendela hati, setelah menyibakkan tirainya yang putih. Aku ingin menatap senyumanmu lagi, hari ini. Karena dalam yakinku, engkau kembali tersenyum hari ini, untuk menyinariku. Ya, kehadiranmu demi menyinari hari-hari kami; aku dan hatiku.

Hampir lengkap hitungan kedua dalam angka genap tahun-tahun yang kita jalani. Namun sinarmu masih seperti awal ku mengenalmu. Sungguh semangatmu lebih cemerlang dari cerahnya sinar mentari pagi hari.

Angka yang belum genap ini, ingin ku tata sedemikian rupa. Ku jaga waktu ku bersamanya, untuk merekap memori tentang kita. Walau belum seluruhnya sempurna. Namun aku ingin menjadikannya memori paling berharga sepanjang usia. Ya, tentang waktu-waktu yang tak pernah tersia. Ia berguna.

Baik kiranya, kalau kita kembali sejenak ke kekinian bersamanya. Ya, masa kini dan saat ini. Tentang engkau yang mensenyumiku secara berkala, berjeda, dan dalam waktu yang sama. Ia bernama pagi nan sahaja.

Semenjak engkau hadir untuk pertama kalinya dalam hari iniku pada waktu yang lalu, sejenak ku tertegun. Lalu aku terbang menjelajah masa depan, bersamamu. Kita merangkai asa bersama, meski dalam canda. Kita menggenggam erat niat, walau tak terlihat. Kita ingin menjadi bagian dari sejarah yang pantas untuk diingat. Karena kita sahabat.

Sahabat. Ya, semenjak saat itu, kita menjalin persahabatan. Persahabatan yang tidak sedikit orang mengagung-agungkannya. Persahabatan yang terkadang menjadi alasan untuk bermudah-mudah dalam memudahkan kesulitan. Persahabatan yang menjadi landasan untuk memberai senyuman. Persahabatan yang menjadi alasan. Yah! Alasan.

Dan memang aku termasuk dalam sedikit diantara orang-orang yang mengagungkan persahabatan. Pun yang menjadikan persahabatan sebagai alasan untuk memudahkan kesulitan. Untuk mengabadikan persahabatanlah, aku menebar senyuman hari ini.

Persahabatan yang perlu ku abadikan, adalah tentang kita. Engkau dan aku yang mempunyai kesempatan untuk berjumpa di dunia. Walau dunia maya. Ini menjadi sebuah titik pertemuan, rupanya. Pertemuan dengan warga di sebuah dunia yang tanpa rupa. Dunia yang belantaranya sungguh aduhai. Ai!

Di tengah belantara nan mensemakbelukar, aku berjumpa denganmu. Engkau yang bersinar dari kejauhan. Mengedipkan matamu yang bertaburan harapan. Aku terpesona. Mata hatiku pun membuka lebih lebar, saat bertemu tatap dengan kedipanmu. Dan hingga saat ini, aku terus teringat tentang kesan pertama pertemuan kita. Aku tak tahu harus bagaimana lagi cara mengendalikan ingatan ini. Tak tahu. Sungguh.

Terkadang aku tersenyum, terkadang menangis. Bahkan tak jarang ku mengurainya dalam catatan demi catatan. Untuk mengalirkannya. Agar pada suatu hari kelak ku mengerti tentang kisah perjalanan di dunia ini. Perjalanan diri bersama hati yang ku bawa di balik mantel keimanan. Aku ingin menjaganya agar tak basah oleh hujan airmata. Aku terus berupaya melindunginya agar tak terkena terpaan tatapan matamu nan bak sinar mentari. Aku berjanji dengan diriku sendiri, untuk menata posisinya lagi, ketika ia sempat berubah. Karena aku menyayanginya. Dan aku tahu bahwa ia adalah sahabat dalam perjalanan ini. Sahabat yang ku hargai.

Tak mudah menata hati dalam berbagai situasi. Tak mudah bukan berarti aku tak mampu. Karena aku yakin, mampu. Insya Allah.

Berdoa, berusaha, bertawakkal, inilah yang aku lakukan setiap kali ingatanku terbit. Dan ingatan tersebut seringkali datang ketika dini hari. Menjelang menyingsingnya fajar, sebelum mentari hadir. Aku ingat sebuah aktivitas yang perlu ku lakukan. Membuka jendela hati, kemudian bergegas menghirup udara segar perubahan. Lalu, bersiap untuk pertemuan kita.

🙂 🙂 🙂

“Engkau yang awalnya satu. kini tak lagi begitu. Ada yang senantiasa bersamamu dalam melangkah. Buka mata, lalu melihatlah. Optimalkan fungsi telinga, lalu mendengarlah. Raba hati, lalu rasakanlah apa yang sesama rasakan. Indera penciuman, ada pada hidungmu. Pedulilah pada lingkungan. Ada kulit yang membentang luas pada dirimu, itulah alam.
Renungkanlah…”

~ Marya Sy ~


One comment

  1. Pertemuan hati, semoga tak hanya ilusi… 🙂

    Yakinlah… Semua yang terjadi dan kita alami karena izin dari Ilahi. So, jangan nangis lagi. Tersenyumlah saat ini dalam menjalanI hari berrsama ingatan pada-Nya lebih sering lagi. Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Titipkan ia pada Pemiliknya bersama senyumanmu yang lebih indah.

    🙂


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”