Si manis di pinggir jalan


Siap!

Siap!

Saya dapat menyaksikan, hidupnya mulai berubah kini.  Ia lebih mudah tersenyum.  Senyumannya itu maniiis sekali.  Karena saya seringkali menangkap gejala keceriaan yang tersembunyi dari senyumannya yang dikulum.  Ya, senyumannya lebih bermakna.  Namun wajahnya tetap ayu. Ketika saya melihat padanya.

Hal ini terjadi, setiap kali saya mencuri-curi pandang padanya.  Hee, karena ada banyak energi yang saya peroleh setiap kali menatapinya.  Ia sangat menarik!  Menyaksikan bola matanya yang lentik, saya terkagum-kagum.  Menikmati suaranya yang renyah, membuat saya perlu bertanya lagi.  Benarkah itu dirimu, wahai sahabat?

Meski untuk beberapa saat,  ia belum menjawab tanya ini.  Namun, saya yakin bahwa beliau masih belajar untuk menyadari keberadaannya.  Kini ia berada dalam lingkungan yang baru.  Di lingkungan yang selama ini hanya berkelebat sesaat dalam mimpi-mimpinya.  Namun kini ia menjadi nyata.

Ya, saya sangat mengerti siapa dia.  Ia sahabat terbaik yang pernah saya kenal.  Semenjak beberapa tahun terakhir, kita berteman akrab.  Hingga saya betul-betul pangling dengan apa yang saat ini ia alami. Ini adalah kenyataan baginya.  Bukan mimpi lagi.  Meski dulu memang begitu. Berulangkali, saya berusaha menjelaskan pada beliau. Namun, belum ada jawaban.  Sama. Masih belum ada jawaban.  Sang sahabat begitu asyik dalam perenungan panjangnya.  Iya, beliau kembali merenungi.  Selalu begitu.  Beliau masih dirinya yang dulu.  Beliau tidak berubah. Beliau masih seorang sahabat yang lugu, manis, dan lucu.

“Hanya keadaan yang berubah,” beliau menjawab dengan tenang.  Wajah itu begitu teduh.  Lalu, saya pun menatapnya lagi.  Kemudian kita tersenyum bersama.  Dalam tatapan yang penuh arti.  Setelah sekian lama kita berpandangan, beliau kembali menunduk.  Sembari membawa sisa-sisa senyuman yang kita tebarkan barusan.  Beliau memang begitu.  Senang merenung atas berbagai kejadian yang beliau alami. Tetaplah menjadi dirimu friend, saya bahagia dapat berteman denganmu. Saya yakin, engkau tidak akan pernah berubah.  Hanya keadaan yang berubah,  seperti yang pernah engkau sampaikan.

Rencana Tuhan,
kita hanya menjalankan,
bersama keyakinan,
kita saling menguatkan.

Hingga akhirnya persahabatan,
berubah menjadi jalinan persaudaraan,
yang tidak cukup dalam ucapan,
ia perlu pembuktian.

Wahai sahabat sekalian,
dengan segala kerelaan,
izinkan kami melanjutkan perjalanan,
menuju kota impian,
yang telah melambai-lambaikan tangan.

Berbekal keimanan,
kami mohon keikhlasan,
untuk terus saling mendo’akan,
agar DIA mempermudah segala proses yang sedang kita upayakan,
dalam mewujudkan harapan,
yang menjanjikan senyuman,
‘tuk menghiasi kebun kehidupan.

🙂 🙂 🙂


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”