Beliau bilang Saya tidak perlu dikasihani seperti…


Beliau bilang, “Saya tidak perlu dikasihani, seperti ini. Karena sudah Ada Yang Mengasihaniku lebih dari kasih sayang siapapun dan apapun juga.”

Maka, mengertilah saya kini. Bahwa beliau telah benar-benar memasrahkan segalanya. Hal ini dapat saya ketahui dari sekalimat yang telah beliau sampaikan tadi. Ya, beliau yang bukan siapa-siapa, memang. Bahkan, mungkin tiada banyak yang mengenal beliau. Kecuali beberapa orang yang terdekat saja. Memang tidak banyak yang mengetahui siapa beliau yang sesungguhnya. Namun, saya berkesempatan untuk mengenal beliau. Alhamdulillâhirabbil’alamîn…

Kasih bermula, pada satu kesempatan terbaik itu, kita berkenalan. Ya, hanya saling kenal, bersapaan. Selayaknya orang yang belum mengenal satu sama lain. Begitulah suasana yang terjadi. Ketika pertama kali saya mengenal beliau, yang seorang perempuan. Hingga akhirnya, seiring dengan perjalanan waktu, kita menjadi begitu akrab. Persahabatan pun bermula.

Ayu parasnya. Lembut suaranya. Indah budi pekerti yang memancarkan cahaya iman, terangi hari-hari yang saya habiskan bersama beliau. “Wahai, persahabatan kita abadi selamanya. Meski usia memisahkan, kita tetap satu, yaa..”, begini ikrar kami dalam mengisi hari demi hari.

Persahabatan menjadi saksi, indahnya kebersamaan ini. Hanya sebuah kata, memang. Namun ia begitu berarti. Bersama, kami memaknainya. Seraya menitikkan tetes-tetes tinta emas di sepanjang perjalanan ini, kami tersenyum lebih indah.

@bagiku, engkau berarti, wahai sahabat…


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”