Just for Sharing


Ku rasakan kehangatan mengalir…
Saat ku mengenggam telapak tangan beliau;
Ketika kami bersalaman,

Lembut…
Tipis…
Begini kesanku sesaat setelah kami bersentuhan,
Sambutan beliau nan ramah,
Mengembang bunga senyuman,

Ah!
Ingin ku balas dengan senyuman serupa,
Namun aku tak kuasa,
Hanya ku pererat genggaman tangan beliau,
Karena aku ingin merasakan kehangatan lebih lama,
Yang bukan sekejap saja.

Laki-laki nan tak lagi muda,
Ayah…
Begini ku menyapa beliau,
Sebelum akhirnya genggaman kami melentur,

Dapat ku baca guratan duka di halaman wajah beliau,
Seiring mengalirnya tetesan permata nan bening,
Bening dan hangat…
Sehangat telapak tangan beliau saat ku sentuh,
Sentuhan yang menguap perlahan lalu hilang,
Terbang meninggi menuju awan,
Awan yang esok menjadi embun,
Embun nan sejuk,
Sesejuk tatapan mata beliau padaku,
Aku rindu,
Rindu Ayahku,

Ayah…
Terimalah bingkisan bunga senyuman dariku,
Yang ku titip lewat telapak hangat senja tadi,
Aku ingat Ayah, kala itu,
Ayah yang ku rindu.

🙂 🙂 🙂

Engkau yang awalnya satu. kini tak lagi begitu. Ada yang senantiasa bersamamu dalam melangkah. Buka mata, lalu melihatlah. Optimalkan fungsi telinga, lalu mendengarlah. Raba hati, lalu rasakanlah apa yang sesama rasakan. Indera penciuman, ada pada hidungmu. Pedulilah pada lingkungan. Ada kulit yang membentang luas pada dirimu, itulah alam.
Renungkanlah…”

~ Marya Sy ~


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”