Hidupkanlah Hari Ini


Bersahabat dengan alam, alampun tersenyum

Bersahabat dengan alam, alampun tersenyum

Ada kesan yang terselip dalam sebuah pertemuan. Apalagi kalau ini untuk sebuah acara reunian. Tentu saja ada ingatan akan jejak-jejak sebelumnya, yang kembali terhadirkan. Inilah kehidupan. Terkadang, kita berpisah, lalu ada pula masanya untuk kembali bersua, bersama dan bertukar berita. Kalau berkisah dengan bertatap mata, tentu lebih terasa pesonanya. Lama kita belum berjumpa lagi, ya Teh Kie?

Engga terasa, sudah tiga bulan saja, yaa,” kata Teh Kie.

Iya, akhir November 2011 adalah hari perpisahan raga kami dalam jarak yang cukup jauh. Setelah bersama selama lebih kurang delapan bulan, akhirnya kebersamaan itu terbelah menjadi jarak yang membentang. Ya, Teh Kie kembali ke Sumedang.

Sumedang, berdekatan dengan Jatinangor, bersebelahan dengan Cibiru. Ya, dari Cibiru, ke sana lebih jauh.  Jarak yang membentang tersebut, membuat saya dan Teh Kikie sangat jarang berjumpa raga. Ya, beliau yang semenjak April tahun dua ribu sebelas yang lalu bergabung di tempat saya beraktivitas, kini tiada lagi. Karena beliau telah terlebih dahulu membuat keputusan.

Mengapa? Kita bertemu, kemudian akhirnya berjarak lagi. Ai! Sungguh, tiada yang inginkan perpisahan setelah kebersamaan, teman. Namun, ketika semua itu hadir, ada seberkas rindu yang terus bertumbuh. Sampai akhirnya pertemuan kembali terjadi.

Hari ini, dalam perayaan hari kebahagiaan Teh Siti, kami berangkat bersama. Teh Kie yang bertempat tinggal nun di Jatinangor, bela-belain datang ke Bandung, untuk membawakanku sekantong ‘tahu sumedang’. Hehee, makasih Teh Kie. I like it.

“Iya, Kie inget sama Teteh. Kan Teteh suka tahu Sumedang. Jadi Kie bawain,” ungkap Teh Kie sebelum akhirnya para tahu yang lebih dari satu itu, berpindah ke tanganku.

Surprised!,” masih sempat-sempatnya Teh Kie mengingat kesukaanku. Padahal, aku tidak membayangkan sama sekali, akan dibawain oleh-oleh begini. Ohohoooo…

***

Kebersamaan kami yang hanya berlangsung beberapa jam saja pada hari ini, kami manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ada kenangan yang kembali kami urai bersama. Ada bahan pelajaran terbaru yang beliau sharingkan padaku. Ya, Teh Kie yang putri seorang Ibu guru, sangat pintar bercerita. Dalam merangkai kalimat, beliau begitu telaten. Sehingga, saya terlarut dalam berbagai kisah yang beliau uraikan satu persatu. Kegemaran dalam menyimak kisah, membuat saya sangat ingin mendengarkan lebih banyak lagi rangkaian kalimat yang Teh Kie sampaikan.

Teh Kie. Selepas perpisahan kami, beliau masih terus berjuang. Kini, Teh Kie sedang bergiat untuk menyelesaikan program belajar bahasa Inggris yang  masih berlangsung. Beliau ikut kursus bahasa asing. Dan dalam beberapa hari berikut akan mengunjungi tempat  wisata sebagai salah satu program dari lembaga tempat beliau belajar. Teh Kie berkisah tentang metode yang beliau jalani dalam kursus. Yang dalam bayangan saya, adalah learning by doing. Ya, beliau terlihat sangat antusias saat berbagi pengalaman. Semoga Teh Kie juga bisa go abroad ya Teh, untuk ketemu Lee Hong Ki, ayang tersayang. Aaamiin.

Untuk berbalik ke masa lalu dengan warna-warni kisahnya yang beraneka, kita tidak akan bisa. Untuk mengembalikan ingatan akan berbagai pengalaman yang kita petik bersama masa lalu, adalah pilihan. Karena apapun yang kita alami, adalah salah satu jalan yang memberikan kita dukungan untuk terus berjuang. Jalan masih panjang, saatnya berpikir jauh ke depan. Berbekal pengalaman yang telah kita peroleh, bertemankan ilmu pengetahuan yang rela membantu, maka kita kembali mau  melangkahkan kaki hari ini. Ayunan tangan yang kita gerakkan, semoga menjadi bukti atas harapan yang masih ada.

Teh Kie, beliau adalah seorang yang baik. Senyuman yang menebar dari wajah beliau setiap kali saya memandang, adalah jalan untuk mengingatkanku segera, bahwa tersenyum itu dapat mencerahkan wajah. Beliau yang seringkali membaikiku, ketika kita masih bersama-sama dulu, saat ini masih baik. Teh Kie yang seringkali membuatku terharu atas kebaikan demi kebaikan yang beliau alirkan,  saat ini tiada lagi di hadapan. Beliau telah kembali ke Sumedang.

Baiklah, selamat melanjutkan perjuangan teman. Buat semua kebaikan yang Teh Kie sampaikan, senantiasa ada di relung jiwa. Semoga menjelma balasan yang lebih baik lagi, kemudian, yaa. Kita tidak pernah tahu bagaimana rezeki datang kepada kita. Dari mana jalannya, kita juga tidak dapat menerka-nerka. Ketika kita begitu ringannya saat memberi, maka untuk menerima, kita perlu dengan senang hati.

“Ditampii ya, Teh Kie,” begini ungkap yang saya sampaikan atas pemberian yang beliau titipkan, tadi siang.

***

Dalam pembicaraan yang kami langsungkan selama kebersamaan, ada beberapa tema yang kami bahas. Adapun salah satu tema yang paling penting adalah tentang pikiran. Ya, kita yang seringkali berpikir, perlu mengenali apa yang sedang kita pikirkan. Karena, pikiran sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Apabila kita berpikir terus-terusan tanpa mengenali buah pikiran, maka ia dapat menguasai alam bawah sadar kita. Akibatnya, kita menjadi tidak sadarkan diri, setelahnya. Ya, karena kita mempunyai alam bawah sadar juga, ternyata.

Dalam berpikir, kita boleh bebas. Namun membebaskan pikiran adalah salah satu jalan untuk memberinya pencerahan. Dapat kita ketahui, dari berbagai kejadian yang berlangsung di sekitar kita, baik secara nyata ataupun dari informasi-informasi melalui media. Dalam hal ini, kita menamainya berita. Berapa banyak kejadian tidak terduga yang kita saksikan, atas tidak terkenalinya pikiran. Berapa kejadian yang kita saksikan, mempengaruhi raga, atas hasil pikiran. So, sudah sejauh apa kita mengenali apa yang kita pikirkan, teman?

Pikiran, erat kaitannya dengan aktivitas raga. Pikiran yang tidak terlihat dalam wujudnya, akan terlihat jelas dari sikap-sikap yang kita ambil dalam bertindak. Saat kita memulai untuk berpikir, maka kita perlu jeli dalam menangkap makna dari apa yang kita pikirkan. Agar hasil dari apa yang kita pikirkan, mengenalkan kita pada pentingnya berpikir.

Pikiran, kalau kita menjaganya dengan baik, maka ia akan membawa kita pada kebaikannya. Saat kita memenuhi ruang pikir dengan berbagai tema yang belum mampu kita pahami, maka bagaimana ia dapat berpikir dengan baik?

Kita boleh meluaskan cakrawala pandang pada berbagai keadaan. Namun, saat pemikiran kita belum lagi dapat mencapainya, maka tidak boleh dipaksakan. Karena akan berakibat pada kesehatan kita. Begini inti dari pesan yang saya tangkap atas aliran kalimat yang Teh Kie sampaikan. Ai! Beliau memang pantas menjadi seorang pembicara. Bersama nada suara yang sesaat terhambat, karena beliau memang lagi kurang enak badan, Teh Kie masih terus memberaikan isi pikiran yang beliau punyai.

“Oia, buat Teh Kie yang suaranya lagi mengalami kendala pada suatu ketika, semoga segera sembuh dan baikan lagi ya Teh. Semoga kesegaran nada suara kembali membersamai Teh Kie dalam menjalani hari.”

Saya senang dapat mengenali beliau di kota ini. Saya bahagia dapat menjalani waktu bersama beliau, meski hanya untuk beberapa lama. Saya sangat bersyukur dapat menjadi bagian dari kehidupan beliau. Walau bagaimanapun, kehadiran beliau dalam kehidupanku sangat berkesan. Ketika kita belum lagi dapat bertatap mata, semoga ingatan yang senantiasa kita semaikan menjadi jalan untuk pertemuan kembali, ya Teh Kie.

Kembali tentang bahasan pemikiran. Teh Kie berbicara panjang lebar akan hal ini. Saat kita menemukan hambatan dalam mengalirkan hasil pikir, maka berilah kelonggaran padanya, untuk bernafas sejenak. Ya, agar hal-hal yang tidak kita inginkan tidak terjadi. Begitu kita penuhi ruang pikir dengan beraneka tema, maka ia perlu memilih dan memilah mana yang mampu ia kuasai. Kalau kita menyayangi diri, lebih baik kita mengenali apa yang sedang kita pikirkan. Agar, kita dapat menjalani waktu demi waktu dengan baik.

Sebagai insan yang tercipta dengan akal dan pikiran, maka kita dapat memanfaatkannya seoptimal mungkin. Apakah untuk menemukan solusi? Apakah untuk menemukan sumber kebahagiaan? Apakah untuk mencari jalan agar kita dapat tersenyum? Ataukah kita menggunakan pikiran untuk menemukan bahan yang akan kita pikirkan selanjutnya?

Dengan memberikan kesempatan kepada pikiran untuk mengenali apa yang sedang ia pikirkan, maka kita dapat mengontrol apa yang sedang kita pikirkan. Saat kita memasukkan pikiran pada wilayah yang keluar dari nalar yang mampu kita capai, maka pikiran akan memberikan reaksi. Biasanya, kita alami pusshiiiiing, atau ada rasa-rasa yang aneh di sekitar kepala. Kalau hal ini sudah tidak dapat kita kendalikan lagi, maka berakibat pada bagian tubuh yang lainnya. Biasanya, mata akan terpejam, sedangkan kaki-kaki menjadi lemas seketika itu juga. Lalu, bagaimana kalau pada saat yang sama, kita sedang dalam kondisi melangkah? Bagaimana kalau kondisi yang serupa berlangsung ketika kita sedang berdiri? Beruntung kalau kita lagi dalam posisi duduk ataupun sedang berbaring. Kita dapat segera memejamkan mata, untuk mengurangi kepenatan.

Saya yakin, setiap kita sangat ingin menjalani waktu  dengan sebaik-baiknya. Namun, ketika kita sedang menjalani waktu, ada informasi yang memasuki ruang pikir kita dengan cepat, tiba-tiba, dan sangat banyak. Maka, apa yang dapat kita lakukan untuk mengenalinya? Bagaimana bisa kita bertindak, segera? Menenangkan pikiran terlebih dahulu, adalah pilihan yang dapat kita ambil pada waktu yang bersamaan. Ya, dengan mengenali semua data dan informasi yang pikiran terima, maka kita dapat memutuskan. Apakah semua itu akan kita masukkan sebagai bahan untuk diproses di dalam pikiran, atau ada beberapa yang perlu kita pending dulu. Ya, karena pikiran kita perlu mengenalinya terlebih dahulu. Begini cara yang dapat kita lakukan, kiranya.

Kita yang sedang menjalani kehidupan di dunia ini, seringkali berbaur dengan alam. Sedangkan pada alam, terdapat banyak informasi.  Nah! Tanpa kita sadari, informasi demi informasi tersebut sedang mendekat kepada kita. Ya, satu persatu ia datang untuk menemui kita. Melalui indera pendengaran, melalui indera penglihatan, melalui apa yang kita rasakan, informasipun sukses menemui kita. Adapun setiap infomasi, datang dengan wajahnya yang berbeda-beda. Terkadang wajah tersebut penuh dengan keramahan, kebaikan dan kelembutan. Kita senang saat menerima kehadirannya. Dan pada suatu waktu, wajah informasi datang dengan tampilan yang sebaliknya. Apakah yang mesti kita lakukan atas pemandangan serupa, teman? Informasi yang sedang berdiri di hadapan ruang pikir, akankah kita izinkan untuk masuk?

Pikiran kita akan memproses apa saja yang ia terima. Pikiran kita akan menyaring data-data apa saja yang berhak untuk menemuinya. Pikiran kita perlu mendapatkan penjagaan sedemikian ketatnya. Ya, agar kita dapat melewati waktu demi waktu yang sangat berharga ini, dengan lancar.

Pikiran yang kita alirkan, akan memberikan dampak. Apabila kita mengalirkan hasil pikiran terbaik yang telah kita olah, maka kita akan memperoleh kebaikan pula. Begitu pula dengan yang sebaliknya. Oleh karena itu, pentingnya menyaring hal-hal apa saja yang akan memasuki ruang pikir, sangat besar pengaruhnya terhadap hasil pikiran yang akan kita keluarkan.

Engkau ingin tersenyum setelah berpikir, maka pikirkanlah tentang senyuman…

Engkau inginkan hari-harimu penuh dengan warna dan warni, maka izinkanlah ruang pikir untuk menerima lebih banyak masukan…

Engkau mau membawa raga berkeliling ke tempat-tempat yang ingin ia tempuhi, maka pikirkanlah hal itu lebih awal.

Engkau sangat merindukan pertemuan, maka teruskanlah langkah-langkah pikir tentang hal ini.

Tiada yang dapat kita capai kalau hanya berada pada kondisi yang sama, padahal waktu telah jauh bergerak. Kita ada saat ini, untuk membersamai sang waktu. Ketika waktu memberikan kita kesempatan untuk membersamainya, maka ikutlah dengannya. Tidak perlu banyak mikir, tentang hal ini. Ikut saja. Niscaya waktu akan  membawa kita pada apa yang kita pikirkan.

Inilah pentingnya berpikir. Namun, yang lebih penting lagi adalah mengenali apa yang sedang kita pikirkan. Karena apa yang kita pikirkan dapat menjadi kenyataan, kalau kita begitu yakin akan apa yang ia hasilkan.

Berpikir bahwa hari-harimu yang selanjutnya akan penuh dengan kenangan, maka ciptakanlah kenangan dalam pikiranmu pada saat ini. Kalau bukan memulainya dari pikiran, maka kita tidak akan sanggup untuk mempercayai apa yang kita temui. Mungkin hari ini engkau masih ada, namun yakinkah engkau masih akan berada di kota ini pada hari esok, wahai teman.

***

Lama kami bercakap. Namun waktu perpisahan semakin mendekat. Untuk meminta Teh Kie agar terus berada di sini, sampai beberapa jam ke depan, ini mungkin saja. Namun, lokasi yang akan Teh Kie tuju sangat jauh, teman. Saya memaklumi akan hal ini. So, dengan segala kerelaan hati, akhirnya sayapun melepas keberangkatan beliau dengan senyuman. Sedangkan senyuman yang beliau ukir tertinggalkan dalam ingatan. Ya,  meskipun ragamu telah menjauh, teman, namun engkau ada di sini. Walaupun kita belum pasti akan bertemu lagi pada waktu yang berikutnya, namun saya sangat senang atas pertemuan kita hari ini.

Teh Kie, selamat melanjutkan perjuangan yaa. Semoga cita-citanya untuk bertemu dengan Lee Hong Ki dapat tercapai. Kalau memang berjodoh, ia tidak akan pergi ke lain hati. Tetaplah berimajinasi.  Karena hasil pikiran adalah imajinasi yang menjelma.  Sedangkan kenyataan adalah sebaik-baik ranah yang perlu kita tempuhi. Teruslah berimajinasi, walaupun hanya imajinasi. Bukankah dunia imajinasi adalah negeri yang ingin selalu kita diami? Kalau bersamanya, kita dapat tersenyum hari ini, why not? Kalau memang dunia nyata tidak seindah yang kita bayangkan, namun setidaknya kita telah berkelana dalam bayangan yang mensenyumkan.

Teh Kie, kalau pertemuan dengan Lee Hong Ki benar-benar terjadi, tolong titip salam buat ayangnya yaa. Haahaaa… Teh Kie, hidup ini sungguh indah kalau kita mau tersenyum bersamanya.  So, tersenyumlah lebih indah lagi, kapanpun kita mau tersenyum.

Luangkan waktu untuk menanyai pikiran, agar kita dapat mengenali apa yang ia pikirkan.

? 🙂 🙂 🙂 ?


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”