Langit Mendung


Dago

Dago

Menatap langit yang bermendung kelabu, aku. Menemukan kedamaian dan kesejukan di setiap tatapan mata, aku. Menelusuri sudut-sudut alam hingga jauh sekali, aku. Akhirnya menemukan sebuah pemandangan yang menarik, aku. Hingga aku pun tersenyum dengan segera. Senyuman yang mengembang dengan ringan. Seringan hati ku saat ini. Hati yang semenjak pagi ku bawa serta dalam perjalanan ini.

“Wahai, mengapa sangat jarang engkau tersenyum hari ini?,” tanya hati menginterogasi wajah ku yang manyun.

“Eits, malah nanya dianya,” bisik bibir ku yang mengembang.

“Bukankah semua bermula dari kondisi yang engkau alami, wahai hati,” kerlipan mata pun turut beraksi.

“Hayo… Hayooo…, mari kita saling introspeksi,” ajaknya pula.

Sedangkan hati ku yang sedang bimbang, pun mulai menemukan pencerahan. Kemudian, ia pun mengajak wajah tersenyum dengan indah. Senyuman yang ia titipkan dengan mudah. Semudah aku mensenyumi langit sore yang bermendung kelabu. Lalu aku menanya, “Mengapa langit mendung hari ini?.”

Langit mensenyumi ku. Langit mendengarkan sapa ku. Langit mulai menggeser awan kelabu yang menutupinya. Kemudian mengajak ku untuk bersatu dengannya. Ia yang aslinya benderang selamanya begitu. Hanya saja aku menyangka langit sedang bermendung kelabu. Karena terbatasnya arah tatap ku. Karena belum sampainya sinar yang muncul dari dua peneropong arah ini, langsung padanya.

“…Dan tahukah engkau teman? Bahwa sebenarnya langit yang sesungguhnya bukanlah yang biasa kita lihat. Karena langit itu jauh lagi di atas sana. Yha, begitu…,” pesan teman ku pada suatu waktu, dulu. Dan pesan tersebut kembali teringat oleh ku saat ini. Pesan yang mengingatkan ku pada beliau, sahabat ku. Wahai teman, bagaimana kabar yang engkau punyai saat ini?

Dalam harap ku, mentari sedang menyinar bumi tempat mu berpijak, saat ini. Karena, di tempat ku berada, sekarang lagi mendung, fren. Dan engkau tidak sedang berada dekat dengan ku. Terpisahkan oleh jarak dan terjarakkan oleh waktu, itulah kita untuk saat ini.

Dalam damai, aku mengingat mu, teman. Pun semoga engkau pun damai di sana, yaa. Kedamaian yang menaungi dunia kita. Dunia yang menjadi jalan teringatkan kita pada-Nya. Allah yang mengizinkan kita untuk dapat berjumpa di dunia ini.

Teman, baik-baik di sana yaa. Tolong jaga kesehatan mu dengan sepenuhnya. Karena aku yakin bahwa aktivitas mu sungguh ramai. Termasuk hari ini, bukankah begitu, teman? Karena aku sangat kenal siapa engkau. Engkau yang sangat aktif, giat, rajin dan berdedikasi. Sip! Senanglah aku mengenangkan semua, saat ku tahu siapa engkau yang sesungguhnya. Dan bagi ku, engkau adalah mentari di hati.

Kini, kondisi alam di tempat ku memang lagi mendung. Namun…

🙂 🙂 🙂

Engkau yang awalnya satu. kini tak lagi begitu. Ada yang senantiasa bersamamu dalam melangkah. Buka mata, lalu melihatlah. Optimalkan fungsi telinga, lalu mendengarlah. Raba hati, lalu rasakanlah apa yang sesama rasakan. Indera penciuman, ada pada hidungmu. Pedulilah pada lingkungan. Ada kulit yang membentang luas pada dirimu, itulah alam.
Renungkanlah…”

~ Marya Sy ~


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”