Quote

Bermekaran, indahnya menjalani hari bersama jiwa yang terbuka
Bermekaran, indahnya menjalani hari bersama mata jiwa yang terbuka

Tidak ada hikmah yang tidak dapat kita lihat, dengan mata jiwa yang terbuka

Tutuplah matamu, sayang…

Lalu dengarkanlah nada terindah yang mengalun dari dalam jiwamu yang bersuara. Karena sesungguhnya jiwamu mampu memperdengarkan musik-musik kehidupan. Musik yang menceritaimu tentang aneka warna kehidupan yang berkesan, walau tanpa lirik yang berbaris nyata. Kehidupan yang memberikanmu kesempatan dan waktu untuk merangkai lirik-lirik terbaik dari nada yang mampu engkau hayati. Untuk dapat menghayati nada-nada yang berasal dari dalam jiwa, engkau perlu memahami inti dari nada yang tercipta. Kemudian engkau jalanilah hari-harimu dalam kehidupan ini bersamanya, dari waktu ke waktu. Karena ia, musik yang berasal dari dalam jiwamu, siap memperdengarkan alunannya setiap kali engkau membutuhkan. Ia mampu memberimu hiburan dengan segera, kapanpun engkau memintanya untuk mengalun dengan indah.

Tutuplah matamu, sayang…

Walau hanya beberapa detik dari waktu yang engkau jalani saat ini. Lalu, biarkanlah jemarimu  melangkah dengan dituntun oleh mata jiwamu yang terbuka. Karena engkau tidak akan mampu merangkai meski sebaris kalimat terindah sekalipun, tanpa jiwa yang engkau punyai. Ya, karena peran jiwamu yang selalu engkau bawa, sangat penting dan berarti. Dengan matamu yang tetap tertutup untuk beberapa detik berikutnya. Kemudian biarkanlah jemarimu terus melangkah lagi. Ya, ia akan bergerak dengan kekuatan yang jiwamu hadirkan. Sehingga apapun yang tercipta kemudian, yakinlah bahwa peran jiwa sangat menentukan. Apabila engkau menggerakkannya dengan sepenuh perasaan, maka perasaanmu yang penuh akan pindah ke halaman di mana engkau  merangkai tulisan. Buktikanlah bahwa itu benar-benar terjadi. Ketika jiwamu sedang bersenyuman dengan jemarimu yang melangkah, maka senyuman pula yang akan engkau tampilkan sesaat setelah membacanya lagi. Namun, bila yang sebaliknya, segeralah engkau menyadari, bahwa kondisi jiwamu pada saat merangkai tulisan tersebut, memang sedang demikian adanya.

Tutuplah matamu, sayang…

Kapanpun engkau tidak ingin melihat apa yang tidak ingin engkau lihat, maka menutup mata adalah pilihan yang dapat engkau pilih.  Kemudian, manfaatkanlah mata jiwamu yang terbuka untuk membantumu dalam menjalankannya. Ya, karena seringkali, ketika kita ingin berpaling namun masih keingetan, berarti jiwa kita masih ingin melihat. Dalam hal ini, apa yang diinginkan oleh mata nyata, tidaklah selalu bersamaan datangnya dengan apa yang mata jiwa inginkan. Ketika engkau belum lagi dapat mengunjungi daerah-daerah di luar sana. Namun engkau sangat ingin ke sana.  Maka menataplah hanya dengan mata jiwamu yang terbuka. Sehingga seindah apapun view yang belum dapat engkau lihat dalam  nyata, sudah dapat engkau bayangkan dalam ingatanmu. Kemudian jagalah keyakinanmu untuk segera mampu sampai ke sana. Ya, ke dunia lain yang engkau pernah pandangi dengan mata jiwamu. Bukankah mengimajinasikan sesuatu adalah langkah awal untuk menjadikannya nyata? Dan benar, kan? Bahwa apa yang sebelumnya pernah ada dalam imajinasi kita, maka ia ada.

Tutuplah matamu, sayang…

Setiapkali engkau merasakan kepenatan pada kedua peneropong arah yang selama seharian membantumu untuk merangkai asa. Dengan tidak mempergunakannya dengan semena-mena, berarti engkau sedang menjaganya selalu. Yach, agar kesehatannya terjaga. Lalu, bagaimana saya akan menutup mata ini, sedangkan saya masih ingin melihat-lihat alam? Bagaimana bisa?  Ya, engkau bisa selagi engkau mau berpikir bahwa engkau bisa. Tetaplah menutup kedua matamu itu, sayang… Jangan banyak tanya! Close your eyes!  

Tapiii.. tapiii… tapi… saya masih ingin melihaaaaaaaaaaaaat…??!!?!!?!?! Bagaimana ini? Saya masih mau memandang gemerlap dunia yang menghamparkan keindahan. Dapatkah engkau mengizinkanku untuk membuka mata ini lagi?  Ketika saya memintamu untuk menutup mata, ya, tutup saja! Eits! Hayo! Tutup lagi.

“Dengan segala keterpaksaan, akhirnya kedua mata yang selama ini menjadi peneropong arah, pun menutup lagi. Ia patuh. Ia mau  menurut. Ia mau mengikuti apa yang saya perintahkah. Yes! Terima kasih, teman, untuk mau menutup matamu, dari hal-hal yang tidak ingin untuk dilihat oleh mata jiwamu.”

Tutuplah matamu, sayang…

Ketika jiwamu berkata bahwa ia tidak ingin menyaksikan pemandangan yang kedua mata itu sedang melihatnya. Atau, segeralah berpaling. Kemudian, ikutilah arah alur yang semestinya engkau melayangkan pandangan. Bukankah dengan menutup kedua mata ini, kita dapat melihat view yang berbeda, dari mata jiwa yang terbuka?

Tutuplah matamu, sayang…

Setiapkali jiwamu memintamu untuk menutup mata, maka tutuplah. Karena jiwamu akan selalu melakukan yang terbaik untuk kebaikanmu dan dirinya. Ya, mata jiwa yang kembali mau mengingatkan kita agar tidak berlama-lama memandang dan seenaknya menebarkan pandangan ke manapun kita ingin. Ya, ikut saja apa kata jiwamu. Niscaya engkau temukan ia kembali damai dengan segera. Tidak lagi berteriak-teriak padamu agar ikut apa maunya. Ya, agar kedamaian itu kembali engkau alami bersamanya.  Mata jiwamu yang terbuka, sangat peduli padamu. Ia menyayangimu, teman.

Tutuplah matamu, sayang…

Tidak ada yang lebih menginginkan kebaikan selalu ada pada kita, selain orang-orang yang sangat menyayangi kita. Lalu, adakah kita menyayangi diri kita terlebih dahulu, melebihi kasih sayang yang orang lain berikan kepada kita? Sudah sampai sejauh apa kita mempedulikan kebaikannya? Sudah seberapa lama kita mengupayakan tekad untuk membantunya menjadi lebih baik lagi? Apakah sampai saat ini, kita masih memberikan perhatian terbaik kita padanya? Baiklah… kalau memang kita sangat peduli padanya.  Karena ia sangat menyayangimu, melebihi dari setinggi apapun kasih sayang yang engkau alirkan padanya. “Tolong jaga diri baik-baik, ya, Yan..,” begini sebaris kalimat singkat yang pernah Ibu Elly sampaikan padaku, beberapa tahun yang lalu. Sebelum akhirnya, kami berjauhan raga. Kebersamaan kami kembali membentang jarak di antara dua kota. Bandung – Jakarta. Ibu… I miss you so much.

Tutuplah matamu, sayang…

Ketika engkau telah menutup matamu, maka rasakanlah. Ya, benar-benar rasakan pertemuan dengan beliau-beliau yang sedang engkau rindukan, sedang berlangsung. Kemudian, sapalah beliau semua dengan senyumanmu yang segera menebar. Sapalah beliau dengan suara jiwamu yang mengeluarkan nada nan merdu. Sapalah beliau dengan kehangatan yang engkau munculkan melalui kalimat-kalimat yang engkau rangkai. Sapalah beliau dengan lirik-lirik yang engkau ciptakan dari musik jiwa yang berhasil engkau hayati. Sapalah beliau dengan memperdengarkan melodi kehidupan yang sedang engkau jalani saat ini. Ya, karena kapanpun engkau menutup mata, engkau dapat merasakan pertemuan dengan beliau semua.

Tutuplah matamu, sayang…

Kemudian alirkanlah energi yang masih engkau punyai agar sampai pula pada beliau di sana. Energi yang memang tidak terlihat langsung dengan mata yang memandang. Namun, kekuatan yang ia pancarkan, mampu menembus ruang dan waktu. Rasakan kedamaian yang sesungguhnya, dari kedamaian yang berhasil engkau ciptakan dari dalam dirimu. Kemudian, kedamaian tersebut dapat engkau sebarkan pada siapapun yang memerlukan kedamaian yang serupa. Yes! Engkau bisa ketika engkau berkata bisa. Bukankah bisa karena biasa?

Tutuplah matamu, sayang…

Apabila engkau tidak ingin menatap dunia, maka tutuplah matamu segera. Ketika engkau ingin memandangnya lagi, maka bukalah matamu dengan selebar-lebarnya. Namun, jangan pernah engkau mengabaikan apa yang jiwamu sampaikan. Ikuti petunjuk yang ia sampaikan, kemudian bergeraklah bersama-sama dengannya dalam menjalani kehidupan  ini. Bukankah kalian adalah para sahabat yang sangat akrab? Jangan pernah melakukan apapun, tanpa jiwa yang mendasarinya. Karena kita tidak akan pernah menemukan apa-apa setelahnya. But, sebaliknya; kalau kita bergerak bersama  para sahabat yang terbaik, maka ia dapat mengingatkan kita lagi saat kita berbuat yang tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Indahnya yaaa…. kehidupan yang sedang kita alami dari waktu ke waktu. Ketika para sahabat mengambil peran sesuai dengan fungsinya masing-masing. Ketika ia inginkan kebaikan untuk kita, maka ia segera menyarankan kita agar berbuat baik. Sungguh, persahabatan terindah itu adalah ketika kita mau mempersahabati siapapun yang mau bersahabat dengan kita. Karena walau bagaimanapun, seorang sahabat yang baik, pasti menginginkan kebaikan bagi sahabatnya yang lain. Meski terkadang, cara yang sahabat tempuh berseberangan dan bertolak belakang dengan apa yang kita mau. Akan tetapi, setelah kita mau menyadari dan menangkap bahwa maksud dari sahabat adalah untuk kebaikan kita, maka yuks kita menerimanya dengan jiwa yang terbuka.

Tutuplah matamu, sayang…

Ketika engkau menginginkan waktu demi waktu yang sedang engkau jalani penuh dengan ketenteraman dalam jiwa, maka tutuplah matamu kapanpun engkau mau. Ya, hanya dengan menutup mata, itu saja. Namun, jiwamu, biarkan ia terus membuka. Agar engkau dapat merasakan betapa indahnya persahabatan yang ia tawarkan padamu. Karena bersama mata jiwa yang terbuka, akan banyak hikmah dan pelajaran yang perlu engkau sibak dari dinding-dinding hari. Hari ini juga begitu. Ketika engkau ingin menutup mata lebih lama lagi, maka tutuplah matamu. Kalau memang hal yang demikian yang ia inginkan. Semoga engkau dapat bersukaria bersamanya. Meskipun matamu sedang tertutup, kelamkah?

Tutuplah matamu, sayang…

Karena pada waktu-waktu tertentu, kita memang perlu melakukannya. Menutup mata, bukan berarti bahwa kita tidak akan membukanya lagi, namun juga tidak dapat kita prediksi bahwa hal ini bisa terjadi. Bisa saja, kalau Allah menghendaki, bahwa ketika saat ini kita sedang menutup mata, maka sebelum ini menjadi kesempatan terakhir kita untuk melihat-lihat indahnya dunia. Siapa yang tahu ini akan terjadi begitu cepat? So, kita perlu menyadarinya setiap saat. Apakah kita masih akan dapat melihat lagi, setelah saat ini berlalu?

Tutuplah matamu, sayang…

Saya yakin siapa engkau yang sesungguhnya. Tentang bagaimana langkah-langkah yang engkau tempuh sebelum ini, untuk dapat menjadi seperti yang engkau inginkan saat ini. Adakah engkau melakukannya dengan mata yang seringkali tertutup? Masihkah saya perlu mempertanyakan padamu? Kalau nyatanya engkau sudah menjawabnya sebelum tanya ini hadir kemudian ia menyapa duniamu.

Tutuplah matamu, sayang…

Karena sebenarnya ada juga banyak aktivitas penting yang dapat kita lakukan dengan mata tertutup. Namun dengan syarat, kita dapat meyakinkan bahwa mata jiwa kita sedang terbuka dengan baik. Yes! Dengan tertutupnya mata kita saat ini merupakan salah satu jalan yang sedang kita tempuh untuk dapat menangkap hikmah demi hikmah yang tidak mungkin dapat kita saksikan kalau kita tidak menutupnya.

Tutuplah matamu, sayang…

Dengan demikian, saya segera hadir di hadapanmu kapanpun engkau mengharapkan kehadiranku. Hhoooo…. Teh Siti sayang, beliau saat ini sedang menjalani prosesi lamaran oleh mister “S”. Ai! Sungguh kita tidak dapat menduga, menyangka dan menerka tentang satu tanya, “Siapakah jodoh kita yang sebenarnya?”  Belum genap sebulan kiranya, ketika saya mengungkapkan banyak hal tentang Teh Siti. Termasuk menyinggung sedikit tentang mister “S” yang menjadi jalan akrabnya saya dengan Teh Siti  akhir-akhir ini. Yach. Beliau, sekarang sedang melamar Teh Siti untuk menjadi istri. Oia, “Lamaran dulu,” kata Teh Siti pada Jum’at kemarin. Ketika saya menanya dan bertanya sepenuh tanya yang perlu tertanyakan, “Bagaimana prosedur sebelumnya, Teh?. Ai! Yn belum percaya lagi. Ihiiiy… 😀 Semudah itukah? Teh Siti, hayoo ceritakan bagaimana kisahnya. Apakah mister “S” langsung bilang sama Teh Siti, atau gimana, Teh?”.

Begini beliau berkisah, “Pada hari itu, Selasa tanggal 17 Januari 2012, mamanya mister “S” nelpon ke Siti, bahwa beliau akan datang ke rumah pada tanggal 22 Januari, buat lamaran. Terus, keesokan harinya, mister “S” pun menegaskan hal yang sama. Intinya begitu,” ungkap Teh Siti yang semakin berbunga-bunga saja terlihat. Ai! Haruuu segera menerpa hatiku.  Hati yang terpesona dengan apa yang saat itu ada di depan mata. Masih belum yakin saja, “Benarkah Teh Siti akan menikah? Semoga proses yang sedang beliau tempuh dipermudah dan segera melangsungkan akad. Kemudian hidup bersama mister “S”, dengan bahagia semakin berbunga-bunga sepanjang hari. Aamin ya Rabbal’alamiin.

Tutuplah matamu, sayang…

Saya masih ingin menguraikan tentang bagaimana pesan yang Teh Siti sampaikan, ketika saya meminta beliau untuk berpesan pada diri ini. Untuk dapat menemukan siapa sebenarnya jodoh kita, tidak perlu kita berkeliling ria ke seluruh penjuru dunia. Apalagi untuk tebar-tebar pesona dengan ngeceng ke sana sini. Berkeliaran ke Utara, Timur, Barat, Selatan, Tenggara dan seterusnya. Tidak! Kita tidak memerlukan hal yang demikian. Hanya, kita perlu kembali dan datang kepada diri kita sendiri. Pribadi yang bagaimanakah yang ia perlukan untuk menjadi pendampingnya, kelak? Boleh kita bercita, mendamba dan mengimpikan segalanya. Memandanglah sejauh-jauhnya. Tataplah seindah-indahnya ciptaan Allah yang sangat banyak di bumi ini. Perhatikanlah beliau semua dengan sebaik-baiknya. Namun, setelah itu, kita perlu menanya diri, “Sudahkah saya menjadi seperti dambaan yang saya harapkan. Apakah saya sudah baik, kalau saya inginkan jodoh yang baik? Apakah yang saya lakukan senada dengan karakter yang saya idam-idamkan? Bukankah jodoh kita adalah cerminan dari siapa kita yang sesungguhnya?”

Tutuplah matamu, sayang…

Dari memandang hal-hal yang engkau tidak ingin memandangnya. Ketika pemandangan tersebut sedang ada di hadapanmu saat ini. Ya, meskipun hanya untuk satu detik saja. Dengan menutup mata, niscaya engkau mampu menemukan banyak lirik-lirik yang kehidupan senandungkan untuk engkau nikmati bersama mata jiwa yang terbuka. Yakinkan bahwa ia sedang membaca. Sehingga bersamanya, kita mampu menikmati keindahan yang hari ini.

Tutuplah matamu, sayang…

Kalau engkau ingin selalu menjaga mata jiwamu yang selalu terbuka. Karena ia pasti akan sangat tidak suka kalau engkau melakukan hal-hal yang tidak ia sukai. Maka, menataplah lagi, ketika jiwamu berkenan dan mengizinkanmu untuk melepaskan pandangan. Bukankah sahabat yang baik menginginkan kebaikan bagi sahabatnya yang lain? Sedangkan mata jiwamu adalah sahabatmu yang sangat perhatian denganmu.

🙂 🙂 🙂

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)

Pejamkanlah Matamu, Sayang…


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”