Ananda, menjadi salah satu tempat Ibunda berbagi. Ketika Ayahanda pergi ke lain negeri.
“Yaa Allah, tabahkan Ibunda kami dalam menjalani episode ini. Terangi hati beliau dengan sinar dari-Mu. Kuatkan beliau dengan ingatan yang lebih sering pada-Mu. Berilah ketenangan pada jiwa beliau atas kehendak-Mu, yaa Rabbana”.
Wahai Ayahanda tercinta…
Hati Ibunda begitu mudah tersentuh. Karena beliau lebih dominan menggunakan perasaan. Maka, kami harap Ayahanda memaklumi, kemudian kembali pada kami. Karena Ayahanda adalah pemimpin dalam biduk rumah tangga ini.
Wahai Ayahanda yang kami banggakan…
Besarnya cinta kami belumlah dapat tertandingi oleh Cinta Illahi Rabbi pada Ayahanda. Maka tolonglah kami untuk meneladani, betapa indahnya mencintai karena-Nya. Kami tahu akan hal ini, atas kasih sayang yang Ayahanda semaikan di dinding hati-hati kami, jauuuuh sebelum kami mengenal “Apa itu Cinta Sejati?”. Hanya Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati Yang akan Membalasi, atas apa yang terjadi dan kita jalani sampai saat ini.
Wahai Ayahanda di negeri lain…
Kami sungguh peduli pada hati seorang Ibu. Apalagi ketika beliau tersedu bersama nada suara yang bergetar, meski samar. Namun, kami dapat merasakan suasana hati yang beliau alami, kini.
Wahai Ayahanda yang kami sayangi…
Bila memang Ayahanda pergi untuk tidak kembali lagi. Tolong do’akan kami di sini. Agar tegar dan berteguh hati atas takdir Illahi. Ya, do’akan kami yang menyayangi dan mencintai Ayahanda, karena besarnya cinta kami pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Pemilik diri-diri kita. Ayahanda juga, titipan dari-Nya, yang kami syukuri dengan sepenuh hati.
Wahai Ayahanda…
Pelita nan menyala terang, mencahayai bilik-bilik hati kami, ketika senja mulai awali malam. Purnama nan melirik alam saat gemintang menebari langit nan kelam. Ayahanda, engkau mentari nan menyinari alam sadar kami, ketika malam berganti siang. Bersamamu, jiwa terjaga. Engkaulah jalan cahaya dari-Nya.
‘@-@ …Yaa Allah. Ku titip cinta buat Ayahanda di sana…
MY SURYA 