Wahai sahabat tersenyumku bahagia saat ini bahagiaku yang…


Wahai sahabat…
tersenyumku bahagia saat ini,
bahagiaku yang kerapkali terasa,

Wahai sahabat…
tersenyumku, bahagiaku, bersamamu,
setiapkali engkau menyimpan senyuman pada relung hari-hariku,
engkau menitip bahagia di persimpangan fikirku,
engkau membungahkan kecakapanmu tanpa henti,
engkau obor menyala riang gembira,
hampirmu nan sekejap mata,
menjadi pesan tak berhingga,

Wahai sahabat…
ketika ingatan berkepanjangan mensenyumkan kita, nikmatilah,
saat hadirnya menitikkan airmata,
beriring deras gejolak di dada, tersenyumlah,
kembalikan semua pada-Nya,
kita ikuti apa mau-Nya,
semoga kita selalu dalam bimbingan-Nya,
agar langkah-langkah kita terus terjaga,
tetap dalam jalur yang terpilih dari-Nya,

Wahai sahabat…
bila kebersamaan kita berujung cinta?
ha! hayu kita terima kehadirannya,
kita menyaksikan wujudnya bersama,
bersama kita merawatnya, menjaga,
agar ia senantiasa ada,
rasakanlah…bersamanya kita bahagia,
yakinlah…bersamanya kita bertumbuh pula,
yuuuks…bersamanya kita saling menjaga,

Wahai sahabat…
terima kasih ya atas segalanya,
menikmati momen bahagianya masa muda,
saat cinta menerpa, rasakan saja,
ya, rasakan secukupnya,
lalu petiklah kembang-kembang pesan yang ia selipkan,
sisakan sebagian agar ia menjadi buah,
untuk kita nikmati lagi,
pada musim panen…

Wahai sahabat…
mekar bunga kan layu,
tak selamanya ia bersemi,
tapi ada “Edelweis” yang abadi,
kuntumnya unik sekali,
teringat Edelweis saya kembali tertegun. Ia tumbuh di puncak-puncak tertinggi. Di lokasi tertentu saja. Terbayang pula seketika, proses yang perlu kita tempuhi untuk dapat menggenggamnya. 😉


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”