Sederhana itu Bahagia


Sederhana

Sederhana

Ketika sederhana adalah bahagia, maka berbahagialah apabila engkau merupakan seorang yang sederhana. Kesederhanaan yang tidak dapat dinilai dari postur tubuh ataupun gaya bicara. Namun sesungguhnya ia terlihat dari sikapmu. Sudah sesederhana apakah engkau bersikap hingga saat ini?

Nasi boleh menjadi bubur. Kita boleh terlanjur hancur. Bahkan saat sudah melebur sekalipun, tetaplah memelihara sikap yang sederhana. Karena dalam kesederhanaan ada bahagia.

Dapat kita saksikan pada kehidupan modern ini. Berbagai hal dapat terjadi dengan mudah. Begitu pula dengan perubahan yang selalu mengikuti. Kalau sejenak saja kita terhenti atau tertegun dalam melangkah, alamat tertinggallah dari deru perubahan. Karena kita sama-sama tahu, bahwa waktu terus bergulir, bukan? Ingatlah. Kita hidup di zaman yang rentan dengan kejutan-kejutan. Sekali merasa nyaman, akan ada yang membangunkan. Yah, beginilah salah satu pesan yang dapat saya uraikan dari aktivitas bersama kalian, wahai teman-teman.

Maka, merasa beruntung atas kebersamaan kita membuat wajah ini segera mengembangkan senyuman. Walaupun baru beberapa lama kita bersua, di sini.

Duo sahabat yang konon sudah bersama semenjak lama, kini kembali bersatu. Beliau berdua merupakan dua pribadi yang mumpuni. Banyak belajar dari beliau, ini yang saya lakukan setiap kali kami bersama. Teteh Fen yang mantan ketua dalam organisasi bernama Paskibra, pun Teteh Cacha yang eks Sang Juara kelas. Ai! Juara umum, pula semasa beliau menempuh masa pendidikan di sekolah lanjutan, dulu. Namun demikian, dalam pandanganku beliau adalah pribadi-pribadi yang sederhana. Baik dalam bersikap, maupun dari cara bicara.

Hanya ada keterkaguman sekaligus tidak percaya. Bahkan saya seringkali bertanya-tanya, bagaimana bisa? Yab! Bagaimana bisa ya? Padahal sesungguhnya ada banyak kelebihan yang beliau punya. Baik dari segi kepemimpinan, tentang cara berkomunikasi, maupun saat bernegosiasi. Kesan terindah yang ingin saya sisipkan tentang para sahabat ini adalah kesederhanaan. Karena bersamanya ada bahagia.

Seringkali kami bersapa, menukar suara ataupun mengalirkan energi melalui bola mata. Dari hati ke hati kami bicara setiap kali komunikasi berlangsung. Apalagi saat kami saling berangkulan dalam suasana diskusi. Ada keteduhan yang menaungi relung hati, selama kami bertukar pikiran. Ada pertanyaan yang saling kami pertukarkan, ada jawaban yang kami perdengarkan. Hingga akhirnya kami mengerti bahwa semua yang kami jalani merupakan pewarna hari.

Pagi-pagi sekali, kami memulai aktivitas bersama. Di bawah satu atap yang memayungi. Di sana kami saling bersinergi untuk menemukan solusi. Apabila ada beberapa hal yang belum kami pahami. Mengajak beliau berdua untuk bertukar cara pandang, seringkali berlangsung dalam hari-hari saya. Ketika ada yang belum saya pahami, lalu bertanyalah diri ini. Sedangkan beliau, dengan senang hati mencurahkan pemaparan. Ada kesederhanaan yang beliau perlihatkan saat berpendapat. Itulah yang membuat saya berbahagia saat menyimak apa yang beliau sampaikan.

Masing-masing kami mempunyai karakter berbeda. Ada yang moody, periang, dan penuh kebijaksanaan. Terkadang si moody memperlihatkan siapa ia yang sesungguhnya. Lalu si bijaksana memahaminya. Terkadang si periang menyapa si moody, lalu tersenyumlah mereka bersama-sama. Karena si periang sangat pandai mengendalikan suasana. Ai! Ternyata hal yang tak biasa saja, mampu membuat kita tiba-tiba tertawa, yaa.

Serius, kita serius bersama. Ah! Kalau semua sudah serius, kesannya ada yang kurang, yaa. Tidak akan ada lagi suara-suara yang menandingi bunyi detak jarum jam di dinding. Hingga, sebuah benda kecil yang jatuh pun, akan terdeteksi oleh indera pendengaran kita.

“Hbreeeekk..” Terdengar sebuah benda jatuh di lantai.

“Suara apa itu, Teehh?” tanya Teteh Fen dengan ekspresi kaget. Beberapa saat setelah beliau mendengar seperti ada benda jatuh, Teteh Fen mengalirkan suara. Memang beberapa lama sebelumnya, kami saling serius dengan aktivitas masing-masing.

Saya yang juga mendengarkannya, segera menoleh ke arah beliau. Lalu kami saling berpandangan. Sebelum akhirnya saya pun histeria.

“:::::Huuwwwaaaaaaaa…..?!! Kemudian kami tersenyum bersama. Sedangkan Teteh Cacha engga tahu tentang apa yang kami alami. Karena beliau sedang berada di ruang yang lain.

Ketika kita mau menyelesaikan hal-hal rumit dengan cara yang sederhana, maka kita akan berbahagia. Karena “Sederhana itu bahagia,” tulis Siti my neighbour on her message content tonight. Dan saya sempat membacanya. Terima kasih ya, Siti.

🙂 🙂 🙂

“Engkau yang awalnya satu. kini tak lagi begitu. Ada yang senantiasa bersamamu dalam melangkah. Buka mata, lalu melihatlah. Optimalkan fungsi telinga, lalu mendengarlah. Raba hati, lalu rasakanlah apa yang sesama rasakan. Indera penciuman, ada pada hidungmu. Pedulilah pada lingkungan. Ada kulit yang membentang luas pada dirimu, itulah alam.
Renungkanlah…”

~ Marya Sy ~


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”