Like as We Are


Menjadilah Bintang

Menjadilah Bintang

Poster “Tebar Ceria Menuju Cahaya” telah terbit semenjak beberapa hari yang lalu. Namun baru saat ini saya turut menerbitkannya di sini. Semoga ia bersinar sebagaimana mentari yang terbit setiap pagi. Aamiin ya Rabbal’alamiin.

Poster yang berisi tulisan berupa ajakan ini, sangat mengesankan, bagiku. Karena ada satu lambang yang mengingatkanku pada masa kecil dulu. Ya, ingatan yang tiba-tiba menderaskan bulir-bulir bening di pipiku. Hikss… Lalu, aku pun menangis. Tangisan yang mencerminkan luahan perasaanku. Aku ingat sangat, bagaimana kondisi kehidupan kami dalam menempuh masa pendidikan. Ai! Masa laluku yang indah.

Menjalani proses merengkuh ilmu dengan tak biasa. Namun demikian, ada satu kalimat yang sudah terbiasa dalam ingatan ini. Kalimat yang aku peroleh dari salah seorang tetangga. Beliau merupakan salah seorang motivatorku. Jalan yang ku tempuh untuk kembalikan semangatku, saat ia berlalu.

“Menjadilah Bintang,” pesan Kak Kulih, tetanggaku.

Ada banyak cara untuk mengalirkan energi yang ingin kita tebarkan. Bagikanlah energi tersebut dengan elegan.

Beliau menyampaikan dua kata tersebut sudah lama. Namun hingga saat ini, ia berkelipan di ruang mataku. Kedip-kedip bebintang yang dapat kita saksikan walau tidak setiap malam, mengembalikan ingatanku pada beliau. Hanya melalui dua kata saja, ingatanpun berkelanjutan. Begitulah kekuatan alam. Nah! Siapakah yang menciptakan alam ini?

Kita semua adalah bagian dari alam. Renungkanlah…

Untuk lanjutan ingatan tentang bintang, masih dalam proses. Karena hingga saat ini, aku sedang terpesona pada satu bintang yang terdapat di bagian paling atas poster tersebut. Semoga lebih banyak bintang-bintang yang bersinar, kemudian… yaa.

Hari-hari menempuh jalan ilmu, aku jalani dengan sepenuh hati. Melangkah, berjalan, kadang berlari. Hingga pada suatu kesempatan, ada kendaraan yang juga sedang melanjutkan perjalanan. Kami bersua di jalan yang sama. Kendaraan yang baik hati, pikirku. Sebelum akhirnya ikut dengannya. Kendaraan yang merupakan sarana, mempercepat waktu tempuh perjalanan. Alhamdulillah… Semua terjadi dengan izin sang supir yang mengendalikan kendaraan tersebut.

Dalam memulai paragraf ini, saya teringatkan dengan tetanggaku yang lain. Aku merangkai kalimat tentang beliau dengan tema “Keluarga Bahagia” dalam catatan-catatanku. Tetanggaku yang baik hati, menjadi sarana tersebut. Yang pada uraian di dalam paragraf sebelumnya berperan sebagai kendaraan. Beliau adalah sarana. Lalu supir atas kendaraan tersebut adalah yang paling baik, memberikan izin.

Lalu, teringatlah kita pada satu dzat yang Mengendalikan bumi ini. Sarana bagi kita dalam meneruskan perjalanan. Di atasnya kita terkadang bisa rehat sejenak, mengedarkan arah pandang ke sekeliling. Lalu turun ke permukaannya untuk dapat menjejak di tanah.

Ingatlah, teman… Jauhnya perjalanan tidak dapat kita prediksi. Akankah sudah sampai? Beberapa jam lagikah? Esokkah? Ai! Semoga perjalananmu seringkali berkesan dan unik, yaa… 🙂

Dalam melanjutkan perjalanan, kita dapat melakukan banyak hal. Kalau kita sedang meneruskannya dengan sarana÷kendaraan. Pun bersama kendaraan, kita dapat sampai pada tujuan dengan kenangan yang indahnya tak pernah terbayangkan, bukan? Kecuali bagi yang menderita mabuk perjalanan. Sungguh tak tenteram, teman.

***

Nah! Di sini, sang poster berperan sebagai kendaraan. Ikutlah dengannya, karena supir menawarkan kebaikan. Pintu siap terbuka bagi para penumpang menuju kebaikan. Kenalilah, pada kendaraan tersebut terdapat tulisan http://satria20ribu.wordpress.com.

Wahai para satria, titip senyuman terindah buat calon-calon bintang di sana yaa…
Senyuman secerah sinar mentari pagi.

Share ‘keceriaan’ then ‘bercahayalah’. Thank you very much for picture. It’s the way that open my mind to share a piece of smile in other pages.

🙂 🙂 🙂

“Engkau yang awalnya satu. kini tak lagi begitu. Ada yang senantiasa bersamamu dalam melangkah. Buka mata, lalu melihatlah. Optimalkan fungsi telinga, lalu mendengarlah. Raba hati, lalu rasakanlah apa yang sesama rasakan. Indera penciuman, ada pada hidungmu. Pedulilah pada lingkungan. Ada kulit yang membentang luas pada dirimu, itulah alam.
Renungkanlah…”

~ Marya Sy ~


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”