Terima Kasih Lagi, lalu Cinta?


Kalau “Terima Kasih” yang engkau ungkapkan belum diberi respon, maka ucapkanlah lagi. Namun, dengan metode yang tidak sama dengan yang sebelumnya. Karena biasanya dan pada umumnya, ada di antara kita yang kurang menyukai cara yang sama. Apabila ia dilakukan pada masa yang berbeda. Alright…. 😀 Termasuk saya, hahaa… 😀 Karena, saya merasa seperti yang baru saja saya sampaikan. But, tak apa-apa kan ya? Karena hidup adalah pilihan, teman. So, kita mau memilih menjadi seperti apa yang kita inginkan? Terserah padamuuuuu… Enjoy it.

“Yes! That is true”, my friend said.

Karena kualitas hari-hari kita adalah sangat berhubungan dengan apa yang telah dan sedang serta akan kita pilih. Artinya, pilihan memiliki peran yang mengandung pesan bagi kita. Ya, agar kita tidak salah-salah dalam memilih. Intinya, back to ourself, again. Apabila kita menginginkan kehidupan yang akan kita jalani selanjutnya menjadi lebih baik lagi, maka pilihlah yang baik-baik semenjak sekarang.  Namun, apabila kita ternyata memang menginginkan kehidupan yang lebih baik lagi, maka pilihan itu terserah pada kita. Hhooohoo… Bolak balik, yaa. Intinya kembali lagi ke tujuan semula, tentang pilihan.

Betul, apa yang orang pernah bilang, bahwa “Kita bukanlah ditentukan oleh siapa dan dari mana kita berasal pada jaman sebelumnya. Namun siapa kita adalah tentang apa yang ada di dalam pikiran kita, -Saya mau menjadi apa?-“.

Lalu, kita memfokuskan fikir pada apa yang kita “ingin menjadi”. Untuk selanjutnya, seiring dengan perjalanan waktu. Maka kitapun bergerak bersama fikir-fikir yang hadir sebelumnya. Nah! Bertemankan ia yang terus berkembang, maka kita dapat menyusuri detik demi detik waktu dengan senyuman yang lebih indah lagi. Ai! Betapa menyenangkannya perjalanan ini, teman.  Ketika kita mau mengenali segala yang datang menuju diri. Kemudian mengenangkannya sebagai bagian dari warna warni sejarah yang terukir khusus buat kita. Maksudnya, tiada yang tanpa makna. Semua yang datang menyapa kita, adalah berharga, termasuk hasil fikir yang walau bagaimanapun ia.

“Kunjungi alam, lalu tersenyumlah padanya”.

Ya, ketika kita mau mengunjungi alam ini, hingga ke pelosoknya. Kemudian kita menarik nafas yang panjang, sejenak. Lalu, mengulanginya lagi. Sampai akhirnya, kesegaran demi kesegaran memenuhi ruang jiwa kita yang terdalam.  Ya, hadirnya bergantian, saling mengisi. Ketika kesegaran yang pertama menyapa jiwa, lalu kesegaran yang lainpun hadir lagi. Saat kesegaran yang sebelumnya berpindah ke alam. Ya, karena ia perlu berubah dan berpindah dari satu makhluk kepada makhluk yang lainnya.

Teman…

Sesungguhnya, segala yang kita tatap, kita raba, kita rasakan, kita dengarkan dan kita ucapkan, hanya sebatas lewat saja. Ia tidak melekat. Maka, ketika suatu ketika semua itu meninggalkan kita, maka “Terima Kasih” adalah dua kata yang perlu kita sampaikan padanya atas jasa-jasa yang telah kita terima darinya.  Karena memang, jasa-jasa itu tidak terlihat, teman. Ia hanya dapat dirasakan, seperti halnya “Cinta“, begini pujangga menyusun kata-kata tentang jasa.

🙂 🙂 🙂


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”