Mega menyala merah menyelimuti langit jiwa,
melepas mentari menuju ke lain negeri,
ia pergi tidak sendiri,
ia berangkat bersama cinta yang melekat, mendekat,
Meski ragamu jauh, teman…
mengingatmu tautkan rasa,
engkaulah sang mentari,
yang rela menjauh demi senja nan sempurna
Meski pelan, terus saja engkau menunduk,
bersembunyi lalu meninggalkan sebaris siluet di tepi langit,
hari ini, engkau kembali berkorban,
bukan untuk penghargaan apalagi pujian menyelimuti diri,
tidak! Karena engkau punya harga diri,
engkau menawan hati,
walau kini tiada lagi,
Mentari…
sebaris senyuman engkau susun sedemikian rupa,
tak untuk dipuja apalagi dikenang,
karena engkau melukisnya bersama “Cinta”,
Cintamu tak harap berbalas,
ia energi nan menderaskan aliran, memanas,
Malam ini engkau tiada,
Wah!
aku merindukanmu, sungguh!