[Menjelang] Pernikahan Sahabat


 

Doa Rasulullah Muhammad Saw Pada Pernikahan Putrinya Fatimah Az-Zahra R A. Dengan Ali Bin Abi Thalib R.A. "Semoga Allah Menghimpun Yang Terserak Dari Keduanya Dan Kiranya Allah Memberkati Dan Memberi Mereka Berdua Keturunan Yang Lebih Baik, Menjadikannya Pembuka Pintu Rahmat, Sumber Ilmu Dan Hikmah, Serta Pemberi Rasa Aman Bagi Umat."  "Barakallahu laka wa baraka 'alaik, wa jama'a bainakuma fi khair" Mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik ketika senang mahupun susah dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan" (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibn Majjah)

Doa Rasulullah Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam, pada pernikahan putrinya Fatimah Az-Zahra r.a dengan Ali Bin Abi Thalib r.a. "Semoga Allah Menghimpun yang terserak dari keduanya dan kiranya Allah Memberkati dan Memberi mereka berdua keturunan yang lebih baik, menjadikannya pembuka pintu rahmat, sumber ilmu dan hikmah, serta pemberi rasa aman bagi umat." "Barakallahu laka wa baraka 'alaik, wa jama'a bainakuma fi khair" Mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik ketika senang maupun susah dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan" (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibn Majjah)

Ada bebungaan bermekaran di taman hati...
saat dua jiwa menyadari...
mereka tercipta untuk bersatu dalam kasih Ilahi...

Ia tersenyum, ia tersenyum, dan tersenyum lagi. Ada rona bahagia yang memancar pada wajahnya yang sedang tersenyum. Ketika berjumpa denganku pada kesempatan yang lainnya, ia segera memancarkan hal yang serupa.

Keheningan terjadi seketika, saat aku dan dia saling berpandangan. Kami saling memperhatikan kedua bola mata masing-masing. Setelah menyadari akan aktivitas yang sedang kami lakukan, maka akhirnya kami pun tersenyum bersamaan. Ia bahagia, aku bahagia. Kami berbunga-bunga bersama-sama.

Teh Siti, adalah salah seorang kolegaku. Beliau akan menikah. Beliau akan melakukan perayaan atas pernikahan ini, pada tanggal empat maret tahun dua ribu dua belas. Menjadi catatan tersendiri bagiku, berkebenaran, pada tanggal tersebut adalah akhir usiaku yang ke-dua puluh lima. Ini berarti, sudah ada tanda-tanda kalau aku akan segera menyusul beliau. Ya, karena usia kami berbeda jarak hanya satu tahun saja. Teh Siti, adalah tetehku di kota ini.

Semenjak beberapa bulan yang lalu, beliau telah mengabarkan tentang hal ini. Ya, sebagai teman yang seringkali bersama dalam aktivitas yang sama, maka begitu mudah bagi kami untuk saling mengabari tentang perubahan apa saja yang terjadi. Hingga pada suatu hari, dengan ekspresi bahagia yang tersirat dari kedua bola mata beliau yang berbunga-bunga, berita ini sampai pula padaku dan beberapa sahabat yang lainnya.

“Sebelumnya, aku ditelepon Yaniiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…., sama Ibunya mister  ‘S’,” begini gambaran salah satu ekspresi beliau ketika memberitahukan tentang kabar bahagia ini.

“Waahhhh, benerannnnn Teh Sitiiiiii,” dengan ekspresi yang penuh kekaguman, saya sedang membayangkan seraut wajah yang bersahaja, keibuan dan penuh dengan kasih sayang. Seorang Ibu yang akan menjadi Ibu Teh Siti berikutnya. Ai! Bahagianya punya mertua.

***

Saya kapan yaa?

***

Ketika menjelang pergantian usiaku pada tahun ini, ada kabar bahagia tentang pernikahan sahabat. Bagaimana kalau saat detik-detik perubahan usiaku pada tahun depan, ada kabar bahagia tentang pernikahan saya? Rasa yang sama, dengan aura wajah yang berbunga-bunga akan kembali menebar pada wajah ini. Seperti yang Teh Siti alami pula. Dengan memandang wajah  Teh Siti saja, saya ikut berbahagia. Apalagi kalau yang namanya tertera pada lembaran undangan tersebut adalah a.n saya. Lalu, siapakah punya nama yang akan menemani namaku dalam lembaran yang menandakan kita akan menikah?

Welcome in our next life note” tentang hal ini.

😉

Tentang jodoh, kapan dan di mana kita berjumpa dengan beliau? Tidak ada yang dapat menerka-nerka apalagi memperkirakan. Lamanya masa perkenalan, bukanlah penentu kalau orang yang kita kenali adalah benar-benar jodoh kita. Pun, tentang kebersamaan yang kita jalani sebelum masa itu menyapa. Kita pun tidak dapat menentukan dan memastikan bahwa beliau-beliau yang saat ini ada bersama kita adalah salah seorang dari jodoh kita. Karena hal ini adalah rahasia terbesar-Nya.

Allah sangat mencintai hamba-hamba yang mencintai-Nya.  Allah, kecintaan-Nya mengalir senantiasa. Bagi para pencinta yang mencintai karena kecintaan kepada-Nya, maka Allah menyatukan hati-hati mereka dalam cinta-Nya. Subhanallah… kisah yang akan menjadi nyata, kalau kita meyakini kehadiran-Nya dalam setiap detik kehidupan kita. Yach, betul teman. Kita tidak diciptakan untuk menjalani kehidupan ini sendiri. Dan semoga, ketika kita merasakan hal yang demikian, kapanpun itu, dapat menjadi jalan bagi kita untuk segera mengingat Allah. Innallaaha ma’ana. Niscaya, haru dan kebahagiaan yang menyentuh qalbu yang hadir saat itu juga, akan menitikkan airmata, segera. Percayalah, bagaimanapun kondisi yang kita alami, adalah atas izin dari-Nya.

Ada diantara kita yang saat ini jauh dari keluarga. Ya, saat kita berada pada lokasi yang perlu menempuh jarak beberapa lama untuk dapat saling bersua, bersapaan dengan tatapan mata yang jelita, pun bergenggaman jemari untuk mengalirkan aneka rasa yang sedang kita punya. Apakah yang dapat kita lakukan, apabila hal ini benar-benar kita alami?

Dapatkah kita membayangkan bagaimana perasaan seorang anak, yang telah lama ditinggal pergi oleh Ibunda tersayang? Karena Ibunda telah lebih dahulu memenuhi panggilan-Nya.  Lalu, dalam kesempatan terindah kehidupannya, sang anak menerima sapa dari Ibunda yang lainnya, dari sana. Ibunda yang berbeda, tentu saja. Ibunda yang saat ini sedang berada di alam dunia. Bagaimanakah kondisi jiwanya yang kembali dapat merasakan kasih sayang serupa, seperti yang sebelumnya ia terima dari Ibunda yang saat ini telah berada di alam yang berbeda, dengannya? Alangkah perhatian dan kepedulian-Nya tidak patut untuk kita ragukan. Ada banyak kebaikan yang akan segera menyapa, kalau kita berupaya dengan optimal untuk mensegerakan berbuat kebaikan. Saya mengenal Teh Siti, sebagai seorang yang baik.

“Yanniiiii, so sweet, so sweet beautiful, yaa,” sebuah kalimat yang saya terima dari beliau, ketika Teh Siti sedang berkendara. Ya, saat kami berjumpa dalam perjalanan menuju pulang.  Semoga beliau selamat dalam perjalanan, hingga sampai ke tujuan yang diharapkan.

“Iya Teh Siti, semoga selamat sampai ke tujuan yaaa…,” saya membalas sapaan beliau dengan senyuman yang terukir sangat lama, pada wajahku ini. Kelamaan tersenyum,  dengan ekspresi yang sama, ternyata dapat membuat wajah kita makin cantiik yaaa.

“Lha!, 😀 ,” tersenyumlah dari hati yang tersenyum, maka sangat terasa indahnya nikmat berupa senyuman.

Sepanjang perjalanan, saya pandangi beliau yang masih tersenyum. Mata penuh cahaya yang sedang beliau bawa, sedang menatap ke hadapan. Mengendarai sepeda motor dengan kondisi yang demikian, membuat saya bergumam dalam jiwa, “Semoga kebahagiaan yang serupa, kembali mudah untuk beliau ingati, hingga menciptakan senyuman yang lebih indah lagi. Saat dalam perjalanan yang berikutnya, ada nuansa berbeda yang hadir.” Saya yakin, beliau mampu.

Sebuah undangan bertuliskan nama beliau dan (masih) calon suami tercinta, telah tercipta. Kemudian, beliaupun memperlihatkannya kepada saya. Termasuk teman-teman yang lain, juga menerima berita yang sama. Warna keemasan yang berasal dari tintanya, merupakan penghangat suasana. Ada kerlipan yang hanya dapat kita pandangi kalau kita memperhatikannya dengan saksama. Begitu pula dengan kehidupan yang sedang dan akan beliau jalani untuk selanjutnya, semoga kerlipan ini menjadi jalan untuk beliau agar terus bersinar di mata sang suami. Ai! Nama calon Ayahanda bagi anak-anak beliau kelak,  berawal dengan huruf  S. So Sweet!

Siti Aminah

&

Salman Faruq

Buat beliau yang berbahagia, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah dalam ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Aamin.

Wahai sahabatku tercinta, yang berada di dunia maya penuh pesona, mohon doanya buat sahabat kami juga yaaa. Agar beliau mampu membangun sebuah keluarga yang didamba surga. Agar siapapun yang pernah ada di dalam kehidupan beliau pada masa-masa yang sebelumnya, merestui pertautan hati kedua pasangan ini. Sahabatku, inilah salah satu bukti dari Ilahi, bahwa dalam menjalani kehidupan, kita tercipta berpasang-pasangan.

Belum pernah beliau berjumpa. Belum sempat bersapa. Bahkan, bertatap mata dalam waktu yang lama, juga belum pernah terjadi. Jangankan untuk bersua dan merangkai kisah bersama, masa-masa yang sebelumnya, beliau jalani dengan sebaik-baiknya saja. Tanpa pernah tahu, dengan siapakah beliau akan melanjutkan langkah perjalanan yang berikutnya?

Teh Siti berkisah banyak tentang hal ini. Akan keajaiban jodoh yang berada dalam kuasa-Nya. Masih teringat, ketika pada suatu siang, saya dengan seorang sahabat menyimak beliau yang sedang membagikan kisah tentang hal ini. Intinya, kalau kita inginkan jodoh yang baik, maka kita perlu memperbaiki diri terlebih dahulu. Allah sedang menyiapkan yang terbaik untuk kita. Sedangkan tentang kesiapan? Adalah rahasia-Nya. Kapan Allah mengizinkan kita untuk berkenalan, bersapa, lalu menjalani kehidupan yang berikutnya bersama-sama. Adalah semua mempunyai waktu dan masa. Kadangkala kita begitu terburu-buru untuk mengintip rahasianya dari balik jendela rasa. Padahal, bukan kita yang berhak untuk menyingkapnya. Adalah keyakinan pada-Nya yang semakin menguat, erat dan hebatlah yang akan memberikan ketenteraman pada jiwa yang mendamba. Kapanpun kita menginginkan pertemuan, kalau belum ada izin dari-Nya, maka belum akan terjadi.

Seperti yang Teh Siti kisahkan. Waktu tempuh dalam perjalanan yang beliau gunakan mulai dari mengenal seorang mister “S”, melalui seorang Ibu yang belum beliau kenal dekat. Namun, Ibu inilah yang kelak akan mengenalkan beliau dengan mister “S”. Ai! Saya masih saja menulis mister “S”. Padahal, sudah jelas, seorang yang tadinya Teh Siti ceritakan padaku dengan inisial “S” bernama Salman. Ternyata, inisial nama beliau sama, yaa… “S” . Buat beliau berdua,

Selamat…… Selamattt….

😀

Adapun Ibu tersebut, adalah istri dari saudaranya calon suami Teh Siti. Jadi, kesimpulannya, untuk masa-masa yang selanjutnya, Teh Siti akan lebih sering berjumpa dengan beliau. Wah! Beliau akan seringkali berreuni. Beliau akan bertemu dalam sapa yang penuh kebahagiaan. Semoga kebaikan yang selanjutnya terus berangkaian dalam masa yang akan beliau jalani.

Kisah yang mengungkit jiwaku untuk memberikan apresiasi pada beliau, di sana. Ibu yang belum saya ketahui siapakah nama beliau? Terima kasih buat beliau yang telah menjadi jalan sampaikan kebaikan dari-Nya. Hingga akhirnya, Teh Siti menemukan pasangan jiwa yang selama ini berjarak raga untuk sementara.

Ada kebahagiaan yang dapat kita rasakan, saat berperan menjadi jalan hadirnya kebahagiaan bagi sesiapapun di sana. Bahkan seorang yang belum kita kenal sekalipun. Adalah beliau yang mencintai karena kecintaan-Nya. Bersama kebahagiaan yang beliau rasakan dalam menjalani hari, maka tergerak niat untuk menjadi jalan kebahagiaan orang lain pula. Kebaikan yang kita lakukan, kapanpun dan kepada siapapun, akan kembali lagi kepada kita. Kisah yang Teh Siti sampaikan adalah salah satu contohnya.

Kemudian, Teh Siti meneruskan hari-hari yang beliau jalani dalam jeda masa perkenalan, hingga pernikahan ditentukan. Ai! Teh Siti menerima telepon dari calon mertua beliau, pada awalnya. Tentang kesediaan untuk menjadi bagian dari kehidupan buah hati tercinta. Seorang ibu, kasih beliau membentang sepanjang jalan kebaikan. Hanya mengharapkan kebaikan bagi belahan hati, ananda tersayang. Adalah usaha dan upaya yang beliau lakukan, demi kebahagiaan permata jiwa. Adalah rasa haru yang saya alami saat menyimak kisah yang Teh Siti paparkan dengan penuh kebahagiaan, menjadi jalan ingatanku pada Ibunda. Beliau yang senantiasa inginkan kebaikan demi kebaikan melekat pada hari-hari yang sedang saya jalani. Apakah yang dapat saya lakukan untuk dapat membuat beliau tersenyum bahagia?

Ketika harapan sempat beliau tebarkan, maka ia menjadi kenyataan. Saat doa-doa pada Ibunda kita pintakan, maka ia mengalir kesejukan di relung jiwa, kapanpun beliau mendoa. Ketika benih-benih kebaikan telah beliau tebarkan dalam ladang keteladanan semenjak awal, maka seiring dengan berjalannya waktu, ia bertumbuh, berdaun, berakar, mempohon kebaikan berupa keteladanan yang serupa. Semoga buah keteladanan yang kita petik dari beliau yang menjadi jalan hadirnya kita ke alam dunia ini, mampu untuk kita bagikan pada siapapun yang membutuhkannya.

Ibunda, bagaimana kita mengingat tentang kebaikan demi kebaikan yang beliau upayakan semenjak kita dalam kandungan? Kita berada dalam penjagaan beliau yang sempurna. Apakah daya yang mampu kita lakukan saat mengenangkan kejadian ini?  Ketika beberapa bulan kemudian, dengan keadaan yang lemah dan bertambah-tambah, beliau terlihat lelah, lemah. Bersama sisa-sisa tenaga, beliau masih terus melanjutkan langkah. Demi ananda, dalam kondisi yang sedemikian, beliau masih tersenyum menawan. Menyaksikan para Ibu yang sedang dalam kondisi serupa, saya seringkali bertaburan permata kehidupan di dalam jiwa. Perjuangan seorang Ibu. Bersama ketegaran dan kekuatan dari-Nya, beliau menjalani sepenuh kesabaran. Hingga akhirnya, buah hati yang selama ini beliau bawa serta dalam berbagai aktivitas, lahir ke dunia. Kita.

Lalu, Ayah…… beliau ada di mana saat Ibunda menjalani detik-detik yang penuh dengan pertarungan nyawa? Apakah Ayahanda ada bersama Ibunda untuk memberikan motivasi. Untuk menyalakan obor harapan di hati Ibunda. Beliau adalah pasangan yang paling bahagiaaaaaaaa saat tangisan terdengar sayup-sayup, lalu membahana memecah kesunyian.

Semenjak kita ada bersama beliau, perhatian Ibunda pun terbagi. Antara Ayahanda yang beliau sayangi dengan Ananda yang membutuhkan perhatian. Ibunda kembali membagi jiwa. Sebagiannya beliau titipkan pula kepada kita. Sungguh! Ibunda akan merasakan kesempurnaan bahagia, saat jiwa-jiwa yang sempat beliau titipi itu, menjaga sebagian jiwa beliau dengan sebaik-baiknya.

Agar bahagia Ibunda rasakan, maka bersegeranya kita dalam menyampaikan bahagia pada beliau adalah salah satu jalan yang dapat kita lakukan untuk menggenapkan semuanya. Ibunda, saat kita terlahir ke dunia, ada kesan terindah yang kita alami. Menangisnya kita karena bahagiakah? Atau menangis karena berjarak dari beliaukah? Bagaimana dengan pertaruhan nyawa yang beliau alami saat melahirkan kita?

Sampai kita balita, berada dalam penjagaan beliau. Belia usia yang kita jalani dengan cerianya, pun berada dalam tatapan sayang Ibunda. Saat kita dewasa, saatnya menemukan pasangan jiwa. Ai! Beliau pun berperan serta. Adakah kita berterima kasih pada beliau yang seringkali mengalirkan penjagaan, saat kita belum sampai pada masa yang baru saja? Terjaganya kita, karena doa-doa beliau. Saat kita benar-benar bersama dan bahagia bersama beliau yang sebelumnya tidak kita tahu, ia siapa? Itu semua adalah wujud dari doa-doa Ibunda. Beliau hanya inginkan buah hati tercinta berbahagia. Apakah kita menjadikan beliau bahagia dengan menerapkan nasihat demi nasihat yang beliau sampaikan dari masa ke masa? Bagaimana cara, agar kita dapat melakukan yang terbaik?

Ibunda, kasih beliau tiada bertepi. Sungguh! Ada deru gemuruh di dalam jiwa, saat menemukan kenyataan bahwa sekarang, permata hati beliau telah menemukan pasangan jiwanya. Semoga Teh Siti, dapat menjadi jalan kebahagiaan beliau, ibundanya mister  “S”.  Sebagaimana beliau membahagiakan Ibunda tercinta. Karena beliau berjumpa dan bersama, atas kebaikan Ibunda dalam merawat, menjaga semenjak mister “S” dalam kandungan. Semoga Teh Siti dapat berperan sebagai pengayom layaknya Ibunda yang penyayang, berperan sebagai istri shalihah yang gemar berbakti, sebagai seorang sahabat yang peduli. Aamin.

Ya Rabb…

Bimbing kami untuk tetap mengingat-Mu dalam berbagai keadaan. Ingatan yang menguatkan kami dalam kesabaran yang bertambah-tambah. Menggerakkan kami untuk mewujudkan rasa syukur dari waktu ke waktu.

🙂 🙂 🙂

 


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”