Si Hitam Manis


 

Ini mobil yang melintas di hadapanku, beberapa hari yang lalu

Ini mobil yang melintas di hadapanku, beberapa hari yang lalu

 Hari itu kamis, tepat tiga hari yang lalu. Sebuah mobil hitam manis, melintas di hadapanku. Aku yang sedang berdiri di pinggir jalan, terkesima atas kehadirannya. Ia yang sedang melaju, tidak terlalu kencang. Akhirnya tertangkap oleh kamera hape yang sedang kubidikkan. Ai! Sukses! Semoga aku juga dapat berada di dalamnya, pada masa-masa yang selanjutnya. Aamiiin.  
😀

Wahai si hitam, inginku duduk  di dalam tubuhmu yang klimis.  Berpakaian necis seraya tersenyum  manis.

Mobil hitam yang melintas di hadapan, hanya sesaat. Setelah itu, ia berlalu dengan cepat. Kalau tidak cekatan dan sigap, maka tiada akan tercipta sosoknya yang menawan, itu. Sungguh, ia ada sebagai salah satu jalan, tersenyumku saat ini. Termasuk senyuman yang merekah beberapa saat setelah aku menyadari, penampakannya yang mengabadi, pada pagi beberapa hari yang lalu.

Sebelum pukul delapan pagi, saya telah berada di luar ruangan. Untuk meneruskan perjalanan menuju bahagia. Adapun untuk sampai ke bahagia, tidaklah semudah menggerakkan kelopak mata. Tiba-tiba sudah tiba saja di “Bahagia’ [sebuah tempat yang berdekatan dengan lokasiku beraktivitas akhir-akhir ini].

Ya, untuk mencapai bahagia, kita perlu berusaha, berjuang dan bekerja. Karena dengan cara demikian, berarti kita sedang mendayakan kemampuan diri.

 Bahagia, adalah tujuan yang banyak diantara kita, ingin menuju padanya. Bahagia yang bukan hanya sebuah kata, namun juga menjadi sarana. Kata yang membangkitkan ingatan kita pada hari-hari yang bersemi mewah dan meriah. Kata yang apabila kita ucapkan dengan segera, maka mengembanglah senyuman pada wajah-wajah kita. Bahagia yang merupakan sarana, menjadi objek yang ingin kita capai. Wahai teman, apakah engkau sedang berbahagia saat ini? Bagaimana engkau mengekspresikan bahagia yang engkau rasa, engkau alami dan engkau temui, saat ini?

Untuk dapat merasakan kebahagiaan, terkadang kita berpikir lebih jauh. Kita membayangkan hal-hal yang indah-indah sedang berada di dalam genggaman. Kita memikirkan tentang beraneka kemudahan sedang kita jalani. Kita ingin hidup enak dan berkecukupan. Dengan mengalami hal yang seperti demikian, maka kita akan merasakan kebahagiaan. Seperti halnya, pikiran yang awalnya hadir dalam ingatanku, tadi.

“Ingin dech, duduk manis di dalam ruang si hitam manis yang sedang melaju,” begini pikir yang hadir, beberapa saat setelah ku saksikan rupanya yang perkasa. Ia sedang melaju,  meneruskan perjalanan. Terlihat, ia sangat perkasa, melangkah  dengan gagahnya. Dalam pikirku terbayang, pengemudinya tentu sedang berbahagia di sana, di dalam mobil yang menjadi jalan sampaikannya pada tujuan. Lalu, ingin juga ku mengalami hal yang sama. Duduk manis di sebuah mobil yang klimis, berpakaian necis, seraya tersenyum manis. Ai! Apa yang sedang terbayangkan olehmu teman, tentang hal ini?

Pikir yang hadir, tanpa pernah mampu kita bendung, dapat mengantarkan kita pada harapan. Harapan dan cita yang membuat kita segera bergerak untuk mewujudkannya. Karena, di dalam cita yang sedang kita cipta tersebut, terdapat kekuatan yang maha dahsyat. Inilah kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan yang memberikan kita kesempatan untuk memperbanyak harapan. Harapan yang menjadi jalan bangkitnya kita kembali, setelah beberapa waktu sebelumnya, terlelah saat berjalan. Harapan yang engkau nyalakan, akan senantiasa menerangi harimu yang kelam, teman.

Tidak selamanya, kita menemukan warna hari yang penuh dengan keceriaan. Terkadang kita alami pula warnanya yang kelam, gelap dan tanpa cahaya. Yah, tidak bedanya dengan postur si hitam manis yang sedang melintas di hadapan.

Hitam, legam, kelam, memang begini keadaannya. Ia tercipta dengan kegelapan yang menjadi ciri khasnya. Namun, dapatkah engkau melihat hal yang menawan dari tampilannya, teman? Ia yang klimis, mengkilat dan berkilau, terlihat sungguh menyenangkan saat mata ini memandang padanya. Ia menjadi demikian, karena ada yang merawatnya, kaaaannnnn?

Begitu pula dengan hari-hari kita yang terkadang  seakan kelam dan tiada cahaya di sekitar. Gelap dan gulita terasa menyelubungi hingga ke dasar jiwa terdalam. Ujung-ujungnya, hilanglah harapan, terputuslah cita yang selama ini kita genggam. Ini namanya putus asa, terbuai keadaan. Wahai teman, pernahkah engkau mengalami hal yang demikian, walau beberapa saat dari perjalanan kehidupanmu?

Yah!

Ketika engkau merasakan hari-hari tanpa kegembiraan. Saat jiwamu merasa tercampakkan dari kehidupan. Ia tenggelam dalam arus waktu yang membuatnya terbawa zaman. Ia menghilang, tanpa kelihatan. Jiwamu pergi, diam-diam, tanpa memberitahumu yang selama ini ada bersamanya. Engkaupun merasa kehidupanmu seakan tidak lagi dapat berkelanjutan. Inginnya sampai di sini saja, sudahlah, aku tidak  mau lagi berjalan.

Begitukah, teman?

Lalu, bagaimana dengan gerak langkah yang selama ini telah engkau pijakkan? Jejak-jejakmu pernah ada. Walaupun tidak lagi kelihatan, karena tertutup debu di jalanan. Lalu, tentang beraneka jenis wajah yang pernah engkau temui di sepanjang perjalananmu yang lalu, tentu masih ada hingga saat ini. Wajah-wajah yang penuh dengan kelembutan, kebaikan dan kesegaran. Mereka ada untuk kembali menguatkanmu yang semulanya lemah dan gontai. Setetes persediaan minuman yang mereka punya, siap untuk melimpah padamu. Begitu pula dengan persediaan bahan makanan yang mereka bawa, masih ada rupanya. Dan, kalau engkau membutuhkannya, terlalu dan sangat, mereka akan dengan senang hati membagikan. Karena wajah-wajah tersebut sangat mengenal siapa engkau. Engkau yang pernah menyapanya, walaupun beberapa kali saja. Wajah yang engkau pandangi, engkau senyumi dengan wajahmu pula. Saat ini, semua siap memberikan beraneka persediaan untukmu. Lalu, masihkah engkau akan berpaling dari semua itu, teman?

Adalah baik kiranya, kalau kita menyempatkan waktu untuk mengedarkan arah pandang ke sekitaran, saat melanjutkan perjuangan. Karena, dari sana, kita dapat menemukan tambahan energi yang mulai kehabisan. Dengan cara demikian, kita tidak akan pernah kekurangan bahan makanan, kita akan senantiasa merasakan ketenangan dalam perjuangan. Bersama sesama pejuang yang sedang merantai asa menuju tujuan yang mulia. Bahagia, adalah tujuan kita bersama, selamanya.

Duduk manis di dalam ruang si manis yang klimis, pernah terbayang dalam ingatanku. Setidaknya, saat ini. Ai! Kapankah lagi engkau dapat merasakan semua yang pernah engkau bayangkan, teman? Kecuali saat engkau membayangkannya sedang engkau alami. Ketika bayangan itu tidak pernah engkau ciptakan di ruang pikiran, sebelumnya, engkau bahkan mengalaminya. Lalu, bagaimana pula dengan ingatan yang sempat engkau untai dalam rangkaian tulisan? Adalah semua menjadi jalan, lebih lekatnya ia dengan kenyataan.

Inilah salah satu cara untuk menaklukkan ingatan. Akan tersenyumlah kita pada saat yang berikutnya, saat mengembalikan ingatan dan pandangan pada apa yang pernah kita laksana, sebelumnya.

Begitukan, teman?

Ya, saat kita kembali ke masa  lalu yang pernah kita jalani. Niscaya ada yang berbeda dengan apa yang kita jalani setelahnya. Kita yang pernah mengungkapkan aneka rasa dan pikiran yang tiba-tiba meruah membanjir, bermuara pada susunan huruf yang akhirnya kita ciptakan. Buat apa semua ini, teman?

Bukankah masih banyak aktivitas lain yang perlu kita selesaikan, selain berada pada lembaran ini? Namun, ingatan akan kehidupan yang hanya sementara, kembalikan kita padanya. Banyak lagi yang akan kita titipkan untuk masa-masa yang selanjutnya, meskipun beberapa saat saja.  Agar kita tahu, bahwa kita pernah mengalami semua itu, maka segeralah merangkainya dalam bait-bait kalimat. Meskipun di ujung keletihan karena ramainya aktivitas yang kita jalankan seharian. Walaupun jemari berkata, aku lelah dan tidak lagi  mau menggerakkan diri. Meskipun titik-titik pandang sudah mulai temaram. Akhirnya kita pun lelapkan mata untuk beberapa jam. But, saat ini merupakan sebuah kesempatan, yang perlu kita manfaatkan.

Sebelum raga benar-benar terlelap dalam buaian malam. Sebelum jemari benar-benar tidak lagi dapat bergerak dan berjalan. Maka, mengajaknya serta untuk menitipkan beberapa bait harapan, adalah pilihan yang dapat kita abadikan.

Duduk manis di dalam ruangan si hitam manis yang klimis, merupakan salah satu ingatan yang pernah hadir padaku. Ingatan yang perlu menjadi ada. Ingatan yang akan hilang tertelan masa, kalau tidak segera menjelma kata-kata. Ingatan itu akan berdempetan dengan banyak ingatan lainnya. Kalau membiarkannya begitu saja, pada lokasi yang sama. Ia akan hilang dan kemudian tenggelam bersama waktu. Ingatan itu, perlu menggantung di salah satu dinding hari ini.

Teman, tentang si hitam manis yang pernah melintas di hadapan, mengingatkanku pada pengalaman yang sama, dan terjadi pada siang hari tadi. Ya, ketika sebuah mobil berwarna senada, melintas di samping kami yang sedang berjalan.

 Tiba-tiba kami berekspresi, “Sungguh gagah dan menawan, yaa. Sepertinya, mobil ini baru. Lihatlah, sungguh antik dan elegan. “

Lalu, kamipun bersenyuman. Selanjutnya, saya dengan beberapa orang teman pun, melanjutkan langkah demi langkah yang sedang kami ayunkan. Satu persatu, tertinggalkan jejak-jejak yang kami ukir, di jalanan yang beraspal. Tidak berapa lama kemudian, kamipun sampai pada lokasi tujuan. Namun, yang membuat kami tersipu dan kemudian bersenyuman lagi, adalah ternyata mobil hitam yang sedang kami perbincangkan saat ia melintas tadi, sedang  parkir di depan gerbang. Setelah kami lebih dekat, kami pun meyakinkan bahwa sang mobil hitam sedang benar-benar berhenti. Walhasil, ternyata pengemudinya adalah salah seorang tamu kami.

“Wahahahahahaaaa…. Beliau menyapa Teh Siti, yang sebelumnya telah beliau kenali.  Customer kami, yang segera tersenyum dan kemudian melangkahkan kaki mengiringi kami. Beliau tersenyum, beliau tersenyum lagi. Sedangkan Teh Siti, menyampaikan apa yang tadi kami alami. Tentang perbincangan kami bertemakan mobil beliau yang sungguh rupawan. Kami yang sempat terpesona.

Customer tertawa, memaklumi. Hhihiihiii… ada-ada saja.

Begitulah teman, tentang pengalaman hari ini, tentang si hitam manis lainnya, yang kami temui. Ia melintas di samping kami yang sedang berjalan pula. Mobil yang kami perbincangkan, ternyata pengemudinya, benar-benar berbincang dengan kami. Sungguh, ini bukan ilusi, apalagi imaji yang belum terbukti. Benarlah apa yang kita yakini, dapat menjadi nyata pada suatu hari. Apakah engkau pernah mengalami hal yang serupa, teman? Tentang kuatnya keyakinan atas ingatan. Bahwa, apa yang pernah kita pikirkan, menjadi lebih dekat dalam kenyataan. Bukan lagi sebatas harapan yang membumbung tinggi hingga ke langit , tak terjangkau tangan yang hanya beberapa puluh sentimeter saja. Sungguh, kita tidak dapat menerka apapun yang akan kita jalani kemudian. Namun, sebatas upaya yang kita perjuangkan, ada kebahagiaan dalam prosesnya. Bahwa kita dapat tersenyum bahagia kapan saja, meskipun bahagia itu masih berada di pulau harapan. Sedangkan untuk melangkah ke sana, kita belum bertemu dengan perahu yang akan mengantarkan.

Teruslah berjalan, meneruskan gerakan raga, menjaga pikiran, menyimpulkan senyuman. Bersama semua itu, ada celah yang dapat kita masuki. Selagi waktu memberikan kita kesempatan untuk meneruskan apa yang sedang kita upaya, tentu banyak yang sedang mensenyumi. Karena terkadang, apa yang kita pikirkan bukanlah sesuai dengan apa yang mereka bayangkan. Karena memang kita berbeda dalam hal ini. Dan itulah yang menjadikan dunia kita penuh dengan warna. Enjoyourtime, enjoyourmind.

Kalau dengan bergerak, kita dapat merangkai senyuman, mengapa kita mesti ucapkan lelah saat berjalan? Walaupun masih jauh bahagia di hadapan, mengapa kita tidak meneruskan langkah-langkah dalam perjalanan? Bukankah dari selangkah yang kita ayunkan saat ini, kita dapat sampai pada tujuan, teman…

Ingatkah kita pada sesiapa saja yang saat ini berada pada hari-hari penuh dengan ketenangan. Pernahkah kita menyelami lautan perjuangan yang pernah beliau arungi? Lalu, bagaimana halnya dengan kita yang juga mempunyai harapan tentang hal yang serupa? Bukankah dengan belajar dari pengalaman oranglain, kita dapat menemukan pengalaman yang senada. Kita seakan sedang mengalaminya pula. Walaupun sebenarnya kita belum lagi berjumpa dengan pengalaman yang sama.

Teman, tentu saja, tidak semua keadaan yang oranglain jalani, kita mengalaminya. Karena kita mempunyai jalan hidup masing-masing. Nah! Ketika hal yang demikian kita sadari, maka kita dapat mengalaminya dalam ingatan. Seperti halnya beliau yang sedang berada di ruang si hitam manis tadi itu…  Engkau dapat berada di dalamnya, segera. Bahkan, kapanpun engkau mengingati.

Oia, cukupkah harapan hanya sekadar harapan? Lalu, bagaimana halnya, kalau harapan tersebut masih berada dalam ingatan? Tidakkah kita berkeinginan untuk menjadikannya hadir dalam kenyataan?

Sungguh waktu yang kita miliki dalam kehidupan ini, tidaklah lama. Bahkan, beberapa detik setelah saat ini, kita tidak pernah tahu. Apakah masih ada. Ingatan akan akhir usia yang dapat menjelang kapan saja, semoga segera menyadarkan kita, pada bahagia yang sesungguhnya.

Bukan hanya saat berada di dalam ruang si hitam yang mengkilat, kita dapat tersenyum manis.  Bukan pula saat bersapa dengan pengemudinya yang ramah, kita dapat melanjutkan bincang-bincang. Namun, ada satu kunci yang dapat menyampaikan kita pada semua itu. Milikilah harapan tentangnya. Hadirkanlah ingatan akan kebersamaan dengan hal yang serupa. Maka pada saat yang sama, kita akan segera tersenyum, kemudian merangkainya menjadi huruf-huruf yang membentuk kata. Rangkaian kata yang akhirnya menjelma kalimat demi kalimat. Kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan kita pada bahagia. Kita bahagia, karena kita sedang merangkai harapan. Kita mempunyai harapan dalam melanjutkan perjalanan.

Siapa yang mempunyai harapan, maka ia dapat menjalani hari dengan senyuman. Siapa saja yang menjaga harapannya agar tetap ada, maka ia adalah seorang yang berbahagia. Bahagia, lalu ia tersenyum pada dunia, dunia maya yang sedang ia titipi asa. Itulah lembaran yang sedang engkau baca,  saat ini teman. Bentangan asa, menjejakkan kata. Benteng harapan, menyisakan senyuman. Pada akhirnya, kita menjadi tahu, untuk tujuan apa kita sampai di sini.

Karena engkau mempunyai harapan, maka kita jumpa di sini. Xixixiii… sebuah coretan pada malam hari.  Selanjutnya, adalah waktu untuk meneruskan ingatan pada harapan berikutnya.

“Harapan apa lagi yang akan engkau sisipkan di ruang ini, Yan?,” tanya jemari.

😀 🙂 😀

 


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”