D Saya lagi asyik menikmati menu makan siang…


😀 Saya lagi asyik menikmati menu makan siang. Bersama kerupuk unik yang tadi saya beli. Kerupuk berbentuk mie namun agak gedean. Tapi bukan mie, lho ya. Cuma berbentuk aja. Nah, dalam keasyikan yang membuai ini, tiba-tiba ada sebuah suara menyapa, “Yn, lagi apa kamu?”. Spontan dunk, saya berpaling mencari sumber suara. Dari manakah ia berasal? Dalam kekagetan yang masih belum berkurang, ternyata pandangan saya pun berhenti pada sesosok tubuh. Ya, setelah sekian lama sang pandang berkeliling ria di antara dua kata “bumi dan langit”. Karena saya pun sempat memandang ke angkasa, sejenak. Sesaat setelah suara tadi hadir. “Apakah suara itu dari angkasa, ya..”, pikir yang hadir sebelumnya. Namun ternyata, pikirku belum tepat. Karena suara yang tadi bertanya adalah resonansi jiwa sang Bapak pemilik kost. Kost-an di mana saya berehat sejenak setelah kembali dari beraktivitas semenjak beberapa tahun terakhir.

***

“Hehee… iya, Pak. Yn lagi makan siang”, jawab saya seraya memalingkan wajah 45 derajat ke arah kanan. Sehingga saya pun berhadapan dengan beliau. Karena sumber suara beliau berasal dari samping kanan. “Ooo, nah? Lha. Koq jam segini baru makan siang?”, cuplikan kalimat ini saya ambil dari suara beliau yang terdengar ramah. Lalu, saya pun membela diri. Hoohooo… “Betul, Pak. Tadi sempet busy dulu”, saya menjawab seraya tersenyum. Sedangkan kedua tangan saya segera mengangkat piring lebih tinggi, dengan posisi yang belum mencapai sedada. “Ikut makan, yuuuk, Pak”, saya pun melanjutkan dengan penawaran. Untuk mengajak beliau gabung. Dalam harapan, kami makan bersama. Namun beliau malah mengucapkan, “Mangga… Teruskan makannya”. Kemudian, saya belum mau melanjutkan kenikmatan ini lagi, padahal masih ada menu yang tersisa. Karena beliau, sang Bapak kost ku masih berdiri dengan postur tubuh yang berkharisma. Dengan kedua telapak tangan bergenggaman di belakang. Ya, seperti lagi istirahat di tempat gitu, (kalau kita sedang baris berbaris, ketika masih esde dulu). Namun kini, saya melihat beliau dengan posisi demikian. Tapi dalam suasana rileks. Kemudian hening untuk beberapa saat. Setelah itu, beliau kembali membuka pembicaraan. “Oia, kucing berwarna kelabu yang gede dan tinggi itu, dan suka main ke sini. Kok, engga pernah Bapak lihat lagi ya, Yn”, tanya beliau hadir. Sehubungan dengan menghilangnya si kelabu nan berkumis. Kucing yang biasanya ada dalam kehidupan kami. Namun kini, saat ia tiada. Ternyata ada yang mempertanyakan tentang keberadaannya. Lalu, saya pun menjawab sekenanya, “Oiya… Yn juga sudah lama belum lihat lagi. Barangkali sudah ‘meninggal’ ya, Pak…?”. Dengan ekspresi mempertanyakan, beliau menanggapi jawaban saya tadi, “Lho, mati, kali. Kucing koq meninggal. Atau wafat aja sekalian, yaa”. 😀 Lalu kami pun tertawa bersama. Saya tertawa, karena saya baru menyadari, telah ada yang keliru dari ucapan ini. Peace, yaa my puss…

@tumben, sesiang begini Bapak kost ngontrol kita.


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”