Pesan Sekuntum Bunga


Near Sun and Flower

Near Sun and Flower

Ada sekuntum bunga matahari yang sedang mekar. Kami bertemu dalam perjalanan menuju pulang, sore tadi. Tidak mau melewatkan kesempatan terbaik ini, akhirnya kamipun mengabadikan senyuman. Ia yang semenjak tadi sudah terlihat memekarkan senyuman dari kejauhan, seakan menarikku untuk lebih mendekat lagi dengannya. Mimpi yang menjadi nyata, gumamku di dalam hati.

Saat pertama kali kami berjumpa, aku langsung histeria. Ada sekumpulan rasa yang ingin memperlihatkan wujudnya saat itu juga. Namun apa daya, rasa hanyalah rasa yang akan tenggelam begitu saja di kedalaman jiwa kalau kita tidak mengungkapkannya.

Pernah aku merasakan hal yang serupa. Ya, sebagaimana yang sedang berlangsung. Namun, aku sudah lupa. Kapan yaa… Kami pernah bersama? Berulangkali tanya menanyaiku. Hingga akupun memutuskan untuk membawa senyumannya yang melebar indah itu, pulang. Agar saat pertanyaan serupa datang lagi, aku dapat memberikan jawabannya. Selain juga karena aku ingin kembali menatapnya, setiapkali aku mau.

Bunga matahari, kini engkau menjadi bagian dari diariku. Aku bahagia saat membersamaimu, tadi. Adakah esok senyumanmu masih indah berseri?

Dalam yakinku, tidak akan selamanya bunga matahari memekar. Karena ia pun mempunyai masa kaladuarsa. Mekarnya akan berkurang lalu menyusut seiring dengan perguliran waktu. Namun semenjak kami bersama, senyumannya akan selalu ada hingga akhir nanti.

Pengalaman pertama kami bersua, tentu sangat istimewa terasa. Ditambah lagi, saat bersua kami saling menukarkan senyuman. Indah senyumannya, aku suka. Lalu, bagaimana ia memandangku yang sedang tersenyum pula padanya?

Bunga, walau ia tak punya rasa, namun bunga pasti bahagia. Lihatlah… Lihatlah teman… Kebahagiaannya benar-benar ada ketika ia tersenyum.

Walaupun kebersamaan kami hanya sementara, namun kesan saat bersama bunga melekat erat dalam hatiku. Aku benar-benar menikmati detik waktu saat berada dekat dengannya. Ia yang sedang tegak berdiri sendiri, tak lagi begitu semenjak ada aku. Karena akupun ikut mensejajari ketinggian batangnya. Namun tetap saja aku yang lebih tinggi darinya, bukaannn… 😀 Ai! Senangnyaaa. Meskipun begitu, aku tak memandangnya lebih rendah. Malah akhirnya kami menjalin persahabatan yang erat. Sesaat setelah aku mengulurkan tangan untuk menyalaminya, bungapun mengangguk. Ia menyambutku dengan meriah. Sungguh! Sungguh! Ia benar-benar ramah.

Ketika kami bersama, aku memperhatikan keadannya benar-benar. Ku mengagumi setiap helai kelopaknya nan kuning. Termasuk mengamati permukaan mahkota yang berhiaskan warna kecokelatan di bagian porosnya.

Ada pesan yang ia titipkan, sebelum aku meneruskan perjalanan dan berlalu dari hadapannya.

” Hati-hati di jalan, yaa…,” pesan bunga.

🙂 🙂 🙂

“Engkau yang awalnya satu. kini tak lagi begitu. Ada yang senantiasa bersamamu dalam melangkah. Buka mata, lalu melihatlah. Optimalkan fungsi telinga, lalu mendengarlah. Raba hati, lalu rasakanlah apa yang sesama rasakan. Indera penciuman, ada pada hidungmu. Pedulilah pada lingkungan. Ada kulit yang membentang luas pada dirimu, itulah alam.
Renungkanlah…”

~ Marya Sy ~


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”