Dear Mentari Saat ini engkau masih bersinar kan…


Dear Mentari,

Saat ini, engkau masih bersinar, kan? teman… Meski sinarmu tiada di bumi tempat saya berada kini. Namun, engkau masih bersinar terang, kan ya? Semoga memang demikian adanya. Karena saya yakin, engkau terus berevolusi, sampai nanti kesempatan untuk bersinar tiada lagi, bagimu.

Oia, saya mau berkisah padamu tentang aktivitasku hari ini. Begini, baru saja saya dan beberapa orang teman, mengikuti ujian akhir semester di Sangga Buana. Mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro bersama Bapak Haddan Dongoran, SE, MSi ini, sudah berakhir, teman. Ya, tepatnya malam ini. Ketika kami usai menjalani ujian dengan sukses. Alhamdulillaahirabbil’alamiin. Semoga nilainya adalah yang terbaik. Do’akan yaa.. 😀 Hehee, sorry ya, saya baru minta do’anya. Karena saya yakin, tanpa memintapun, engkau lebih sering berdo’a untuk saya, betul kan, karena kita berteman, yakinku.

Friend, setelah ujian berlangsung, saya dan beberapa teman tadi pun kembali ke rumah kami masing-masing. Dengan membawa perasaan yang engkau juga pernah mengalaminya. Antara bahagia, cemas dan dag-dig-dug. Karena memang, hasilnya belum kita ketahui. Oleh karena itu, untuk menetralisir kondisi fikir dan perasaan yang berantakan tadi, maka saya dan Timoet, berehat sejenak. Betul, saat ini kami belum mau pulang ke tempat kediaman kami. Oleh karena itu tadi. Kami mau refresh our mind dulu, ceritanya. Agar nanti, ketika kami sampai di rumah, ketenangan telah membersamai lagi. Dengan demikian, senyuman pun mengembang indah, ketika gerbang mulai kami jejaki. Ya, begitu, teman, trik kami dalam menjalani hari demi hari. Termasuk hari ini.

Nah untuk itu, kami pun mampir sejenak di sebuah tempat. Sambil menikmati nuansa malam yang bertaburan bintang-bintang di langit, kami bersantap bubur kacang ijo. Lokasinya di depan taman makam pahlawan, Cikutra. Kebetulan, selera kami berbeda. Ya, meskipun berbeda selera, namun kami tetap berteman, kok. Karena tiada arti perbedaan untuk sebuah persahabatan. Bukankah kami sama-sama menikmati bubur kacang ijo? Yes, you are right, friend. Hanya saja, Neng Timoet memesan bubur kacang ijo + ada ketan itemnya + roti tawar selembar saja. Semuanya dicampur dalam sebuah mangkok yang minimalis. Ya, mangkoknya agak kecil gitu. Jadi volume makanan yang bisa ia tampung, cukup untuk memenuhi kebutuhan kami pada menu tersebut.

Lalu, bedanya apa, ya? Ketika Neng Timoet memesan menu yang lengkap, namun saya pesan kacang ijo + roti tawar aja selembar. “Tanpa itemnya, ya Mang”, pinta saya. Yes! Akhirnya beliau, Mang sang penjual mengabulkan permintaan saya. Karena saya adalah pembeli. Dan di dunia perbisnisan, pembeli adalah raja. So, penjual mesti menuruti keinginan pembeli. Hehheheeheee… 😀

Wahai, bahagianya, ketika suasana yang seperti ini menemani. Lalu, kamipun menyeruput hangatnya dengan sangat hati-hati. Agar, kami dapat menikmati rasa yang ada dengan sempurna.

Tidak berapa lama kemudian, kamipun selesai. Untuk selanjutnya, kami berbenah sebelum pulang ke rumah masing-masing. Karena Neng Timoet adalah sahabat saya dan kami berbeda tempat tinggal. Ya, hanya sama aktivitas saja.

Wahai teman, saya yakin, bahwa aktivitas yang sama belum tentu akan terulang kembali. Karena kita tidak pernah tahu, tentang apa yang akan kita alami beberapa detik setelah ini. So, enjoyourtime, yes? Everytime, everywhere, with everyone beside us.

“Buat Ayahanda tersayang, yang saat ini lagi terbaring lemah di tempat tidur, semoga beliau berlimpah kekuatan, kembali. Terima kasihku atas do’a terindah yang beliau alirkan dan bermuara di istana hati ini. Buat Ibunda dan senyuman yang beliau ceriakan setiap kali menasihati saya. Meski belum lagi dalam tatap langsung, mampu mensenyumkan wajahku, setiap saat ku memerlukannya. Buat Onna, Own, dan Oddy, serta Uni, saudara-saudariku, kita pasti akan selalu merindukan”.

@_Depan Taman Makam Pahlawan Cikutra_@


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”