Sekali Jepret


Semenjak dahulu kala, setiap kali terjadi pergantian tahun Masehi, di rumah kita selalu ada kalender/almanak/tanggalan yang baru. Yes! 😀 Tahun terus bergulir. Hingga saat ini, pas pada hari ini, kalender terbaru juga telah dan sedang menggantung cantik di dinding kamarku. Kalender tahun 2012 temanya: Kebersamaan dalam Keluarga. Ai! Saat-saat yang paling mengharukan bagiku adalah ketika mengingati kebersamaan. Ya, kebersamaan dalam keluarga kita.

Ketika usiaku masih belia, kami sekeluarga selalu berkumpul. Ada kakakku Own yang merupakan laki-laki tertua kedua dalam rumah tangga kami, Onna kakak perempuanku yang kedua. Dan ada Oddy, adik laki-lakiku satu-satunya yang tersisa. Sebenarnya, ada lagi kakak perempuanku yang tertua dari keluarga kami. Uni. Namun, berhubung telah datang seorang laki-laki untuk menjemput Uni, maka terbentuklah sebuah keluarga baru dari keturunan kami. Ya, karena ada seorang laki-laki sejati yang  telah mencuri per-hati-an Uni. Makanya, Amak berelahati melepas Uni; buah hati tersayang untuk mengarungi kehidupan dengan sang kekasih. Selamat ya Uni. Semenjak saat itu, Uni-pun tinggal di rumah yang tidak sama lagi dengan kami, adik-adik beliau. Namun, kami masih dapat saling mengunjungi untuk melipur hati. Sampai kami temui kelegaan kembali. Saat berkumpul, kami bercerita banyak dan saling berbagi informasi tentang perkembangan kisah hidup di dunia ini.

Keluarga kami, adalah keluarga bahagia yang terdiri dari Ayah, Amak, Uni, Own, Onna, Oddy dan saya sendiri disapa Onny oleh Onna. Hihii… Onny dan Onna; enak bacanya ya. Hanya ada beda vokal ‘a’ dan ‘i’ doang. Kami menyampaikan sapaan begini saat bertegur, untuk melekatkan hati. Ya, kami berdua mempunyai panggilan kesayangan. Karena kami berdua adalah kasih dan sayang. Kami berdua adalah putri Ayah dan Bunda yang kata banyak orang, “Putrinya kembar, yaa…?”.  Untuk meyakinkan arah tatap dan pandangan mata mereka setiap kali berpapasan dengan kami. Kami yang seringkali kemana-mana bersama, berdua, kayak soulmate gitu, memungkinkan fikir sesiapapun yang belum mengenal kami, untuk beranggapan bahwa kami adalah si kembar. Tapi aslinya, kami tidak kembar. Memang, wajah kami tidak mirip, begitu pula dengan kepribadian, kami tidak sama. Namun, kami adalah soulmate sejati.  Namun kini, jarak membatasi pertemuan raga-raga yang mempunyai pertautan jiwa.

***

“Aliran darahmu Ayah, di dalam diri ini…

Tetesan air susumu Ibu, untuk sesosok pribadiku…

Sentuhan lembutmu Uni, pada adik-adik tercinta…

Pandangan sejukmu Own, pada adik perempuanmu ini…

Tatap mata belia dan ceriamu Onna, pada saudarimu ini…

Hai! Kelucuan dan keunikan ekspresimu Oddy, pada kakakmu ini…

…- semua itu kini tersimpan dalam sebuah folder di sudut ruang jiwa, bernama “Keluarga Kita” ,

AYAH. AMAK. Engkau mentari di hati ini.

ONNA. Kini, tepat pada hari ini, satu hari sebelum pergantian tahun, semua kita sedang berpencar. Wah! Kita menyebar, dan sedang dibatasi oleh jarak yang membentang. Onna yang saat ini ada di rumah, sedang berkumpul bersama Amak dan Ayah, beserta laki-laki berikutnya yang telah mencuri per-hati-an salah seorang anggota keluarga kami. Yes! Selain itu, ada seorang lagi yang sedang bersama beliau kini, Khayla, buah hati perdana dari keluarga kecil yang masih baru mereka bina. Ai! Onna yang hanya berbeda usia satu tahun saja dengan saya, saat ini telah berkeluarga. Bersama Kak Ipar bernama Andy, beliau membina rumah tangga yang bahagia. Saya kapan ya?  Kapan yaa bisa seperti itu. Kapan yaa…. Onna. I miss you so much. Onna, kapan kita jalan bareng lagi, menyusuri hari untuk mengunjungi saudara-saudara kita yang berada jauh di sana? Onna, kapan ya kita membimbing tangannya Khayla, lalu kita melangkah bersama. Kapan ya, kita kembali saling mensenyumi wajah-wajah ini ketika bercerita tentang kisah perjalanan masing-masing. Kapan ya, ada yang mencuri per-hati-an Yn. Aha! Siapakah figur yang akan menjadi laki-laki baru dalam keluarga kita, setelah hadirnya Kak Ipar? Ai! Semua adalah rahasia Allah, kita tidak mengetahui apa-apa tentang segalanya.

Oia, tentang jodoh, seringkali para sahabat di sini mengingatkan saya begini, “Usaha dong Bun, ikhtiar untuk menemukan seraya berdoa. Masa iya, tanpa usaha jodoh akan datang sendiri. Mana bisaaa…?.”   😀 Lalu, saya menanggapi semua saran dan pendapat yang teman-teman sampaikan dengan senyuman yang mengembang sangat bebas, “Iya, teman-temanku yang baik. Ini, Yn lagi berikhtiar. Buktinya, Yn lagi melanjutkan langkah-langkah kaki menyusuri jalan kehidupan. Sambil melihat-lihat sekitaran, sightseeing”. Lalu, teman-teman yang sangat pengertian dan peduli tersebut, menjawab dengan wajah yang berhiaskan kepasrahan, “ah…., Bundo ini, jalan-jalan terus”. Beberapa saat kemudian, para sahabat kembali menyemangati, “Oiaaa… Biasanya, para laki-laki yang baik, dapat kita temui di masjid. Karena di sana adalah tempat berkumpulnya orang-orang shaleh. “Yes! Betuuuul”, jawab saya dengan antusias, dalam percakapan yang kita rangkai pada suatu hari yang telah berlalu.

Nah! Sering-sering bergaul dengan para sahabat yang baik dan shaleh, niscaya kita akan terpengaruhi oleh kebaikan dan keshalehannya. Baik secara langsung maupun tidak langsung, kita dapat memperoleh manfaatnya. Semoga siapapun para sahabat yang ada di dekat kita saat ini, adalah beliau-beliau yang mampu menjaga dan terjaga setiap waktu. Trus, senantiasa dapat menjadi jalan untuk menjelaskan dan memberikan jawaban kepada siapapun yang bertanya, tentang siapa kita yang sesungguhnya.

***

UNI. Kini, tepat pada hari ini, satu hari sebelum pergantian tahun, semua kita sedang berpencar. Wah! Kita menyebar, dan sedang dibatasi oleh jarak yang membentang. Uni yang saat ini telah mempunyai tiga orang buah hati yang lucu-lucu, mereka sedang bertumbuh. Ai! Senantiasa menjadi anak yang baik, patuh serta berbakti pada Ayah dan Bunda, yaa..; Fathiya, Sukri, dan Aidil. Para ponakanku itu, sekarang masih berusia belia.

Masa anak-anak adalah masa yang sangat menentukan bagaimana kita pada masa remaja. Bagaimana kita pada masa remaja, juga sangat berpengaruh besar untuk perkembangan di usia dewasa. Dan kedewasaan kita, ditentukan oleh didikan orang tua semenjak kecil. Apakah orang tua kita telah menitipkan kita semenjak anak-anak? Ataukah beliau mengayomi kita dengan sepenuh hati, semenjak kita bayi, balita, belia, remaja, sampai dewasa menyapa. Lalu, bagaimana dengan perkembangan kita sampai saat ini? Masihkan kita berada dalam perhatian khusus beliau, dapatkan kita merasakan tatapan tulus kedua orang tua yang saat ini sudah tidak muda lagi.

Kita, yang saat ini telah menjadi siapa-siapa dan mempunyai apa-apa, ingatkah kita akan masa anak-anak? Masa anak-anak yang mengajarkan kita tentang keberanian untuk memulai sesuatu yang baru. Ai! Mengenangkan masa kecil, saya mengharu dan tersyahdukan di ruang jiwa. Sungguh, begitu besar dan banyaknya perhatian yang Amak dan Ayah tebarkan pada diri ini. Beliau adalah jalan kebaikan. Kalau tanpa kasih dan sayang yang beliau alirkan, mana mungkin saat ini saya sampai di sini, ada di sini, lalu menyapa para sahabat sekalian.

Bagaimana kabarmu, wahai sahabat? Selamat datang ya, di dalam catatan akhir tahun 2011 ini, tentang kisah keluarga saya. Lalu, bagaimana pula dengan keluargamu di sana? Titip salam dari saya yaach. Semoga kita dapat pula berjumpa, kemudian tersenyum bersama tatap mata dalam nyata. Lalu, kita merangkai hari-hari yang selanjutnya bertemankan ceria dalam jiwa. Untuk merangkai prasasti eksistensi di dunia, -maya- ini. Senang rasanya, kita dapat berjumpa saat ini, di sini, untuk bertukar cerita, bersharing ria, menumpahkan segala rasa, merangkai cita, menemukan dan menebarkan cinta lewat susunan kata, hahaaa… 😀 Trim’s atas kunjungannya yaa…. Saya senang atas persahabatan yang berhasil kita bina hingga nanti ke ujung usia”.

Wahai sahabat maya, kelak saya ceritai engkau tentang seorang laki-laki berikutnya yang akan hadir dalam keluarga kami. Pun tentang keluarga yang menjaga dan  mendidik beliau dengan baik. Insya Allah… Mohon doa terbaiknya yach, agar kami dapat berjumpa segera. Siapakah ia? Aha! Saya juga tidak dapat menyangka, mengira, apalagi menduga-duga akan pertemuan dua jiwa di dunia. (Saat menulis paragraf ini, ada lirik-lirik yang melantun indah dari winamp. Ia turut menemani diri ini; “Seismic-Adalah Engkau)”.

Adalah Engkau dia yang kurindu

Tuk menjadi bunga di hatiku

Menjadi peneduh kalbu

Di perjalananku

Tibalah waktu yang telah kurindu

Tuk selalu bersama denganmu

Tlah terbuka pintu itu

Akad tlah terucap sudah

Dinda marilah melangkah

Dinda temanilah aku di setiap detikku

Dengan doamu

Bila terpisahkan waktu

Tetaplah di sini di dalam hatiku

Ya Rabbi izinkanlah kami

Untuk terjaga selalu di jalan-Mu

Dinda doamu laksana pelepas dahaga

Di lelahnya jiwa

Adalah engkau dia yang kurindu

Tuk selalu hadir di hidupku

Mengiringi setiap langkah saat menuju

Acuan hidup ini

Ai! Adalah engkau. Suara hati siapakah ini? Adalah engkau yang akan menghiasi hari-hari saya ke depannya. Tentangmu yang akan saya ceritai di sini, juga. Boleh, yaa. (Semoga kelak beliau mengizinkan saya untuk terus berada di sini dalam rangka melanjutkan misi kehidupan; membagi makna tentang kisah perjalanan kita di dunia. Aamiin ya Rabbal’alamiin.

Saya yang sedang menantikan hadirmu bersama rindu. Ai! cukupkah? Belum cukup kiranya, kalau saya hanya menyimpan rindu di dalam relung kalbu. Makanya, huruf demi huruf menjadi pelipurnya, saat engkau masih dalam langkah-langkahmu. Di sini, saya menggenggam niat untuk mencintaimu, karena Allah yang saat ini ada bersamaku. So sweet, romance berduaan dengan-Nya. Berempatan dengan malaikat-malaikat-Nya. Adalah engkau yang akan hadir di antara Kami, untuk memeriahkan hari-hari kita yang berikutnya.  Heheee… 😀  Selamat datang, dalam kehidupan kita. Mari kita saling membantu dalam kebaikan menuju ridha Allah subhanahu wa Ta’ala. Wahai engkau, how are you now?.

***

OWN. Kini, tepat pada hari ini, satu hari sebelum pergantian tahun, semua kita sedang berpencar. Wah! Kita menyebar, dan sedang dibatasi oleh jarak yang membentang. Own masih berada di propinsi yang sama dengan keluarga. Sehingga, pertemuan beliau dengan Ayah dan Amak serta anggota keluarga di rumah, hanya dibatasi oleh kota saja. Ya, beliau tinggal di kota yang berbeda dengan kedua orang tua. Adapun jarak tempat beliau tinggal kini, lumayan jauh dari rumah. Membutuhkan waktu lebih kurang dua jam saja, apabila menempuh perjalanan darat. Kalau pakai pesawat terbang; ooo… belum ada landasan di sekitar tempat tinggal kami.

Karena aktivitas keseharian yang sedang beliau jalani sebagai seorang bisnisman, membuat beliau tidak setiap hari dapat menemui Ayah dan Amak. Walaupun demikian, beliau adalah sosok kakak yang berbudi, beliau sangat peduli pada keluarga. Beliau pasti menyempatkan waktu untuk menatap wajah kedua orang tua kami dalam berbagai kesempatan terbaik.

Beruntungnya kami terlahir dari rahim yang sama. Sehingga pertautan jiwa-jiwa kami tidak akan pernah dapat dilonggarkan oleh jarak. Karena, kami yakin, dengan saling mengingat, niscaya kita semakin dekat. Yes! Selamat melanjutkan perjuangan, wahai saudaraku. Jalan yang kita tempuh saat ini memang tidak sama. Kita memang bukan belia lagi. Jadi, segala sesuatunya kembali lagi kepada niat, buat apa kita melangkah? Semoga nanti kita dapat bereuni dalam nuansa yang lebih indah dari hari ini. Yaa… Own, I miss you so much. Senyuman kita hari ini dapat menjadi jalan untuk tersenyumnya Ayah dan Amak tersayang.

Pertemuan arah pijakan kaki akan terbentuk seiring dengan langkah-langkah yang sedang kita ukir. Siapapun kita, pasti mempunyai anggota keluarga. Walaupun saat ini kita berada jauh dari beliau,  namun kita tetap keluarga selamanya. Apabila kita inginkah kedekatan, maka semestinya kita mengusahakan untuk melangkah pada jalur yang mendekatkan. Setelah sepakat dengan hati dan sanubari, maka kita boleh melangkah bersama. Namun, kalau kita masih belum bersepakat dengan sahabat terbaik kita tersebut, ai! Alangkah indahnya kalau kita segera menyapanya. Karena keluarga yang kita punyai berawal dari keluarga kecil bernama diri kita ini.  Lalu, kemanakah kita melangkahkan kaki-kaki saat ini, wahai diri? Adakah ia bergerak sesuai dengan gerakan hati yang mengawali? Ataukah sebaliknya?

Own, beliau pernah berpesan begini, “Hati-hati ya, Yan. Elok-elok yoo”. Own, selamanya saya mengingati apa yang pernah beliau sampaikan. Karena saya sangat menghargai beliau. Pribadi yang menjadi jalan sampaikan saya seperti ini. Beliau adalah salah seorang yang memberikan saya kepercayaan, saat berada jauh dari keluarga. Beliau adalah sosok ayah kedua. Beliau adalah pelindung dalam keluarga kami. Beliau begitu dewasa, berkharisma dan penuh dengan keyakinan. Beliau adalah seorang laki-laki penyuka sepak bola dan penggiat dalam organisasi kepramukaan ketika sekolah dulu. Beliau seringkali jarang berada di rumah, karena gemar sekali berorganisasi. Dan aktivis yang dinamis ini, sekarang menjadi seorang pebisnis. Semoga sukses, ya Own, dalam membangun usaha.  Demi masa depan yang lebih baik, saya yakin engkau mampu melakukan yang terbaik pada hari ini. Semoga kemudahan demi kemudahan senantiasa menyertai setiap proses yang sedang engkau upayakan, wahai kakakku.

Bercermin dari sosok beliau yang tangguh dan berwibawa, saya termotivasi untuk mengikuti kemana beliau melangkah. Hihiii… 😀 Own, ada Yn bersamamu wahai kakakku sayang, meski kita tidak bertatap mata. Karena dalam jiwa yang sedang melanjutkan perjalanan ini, terbersit satu cita untuk menjadi pengusaha pula.  Pun, sangat inginnya diri ini menjadi seorang donatur dalam lembaga sosial untuk kemaslahatan umat. Wah! Mengenangkan kebahagiaan yang seringkali menyelimuti diri ini setiap kali menerima kebaikan, saya ingiiiiiiin sangat menjadi seorang yang baik. Ya, seorang yang kebaikannya bermanfaat, menebarkan guna dan mampu mensenyumkan siapapun yang ia hinggapi. Dalam haru dan tafakur diri, terbayang lagi hari-hari yang semakin indah dan berseri hingga sampai ke penghujung usia nanti. Teladan yang engkau siratkan dalam sikap dan tersurat dalam catatan-catatan singkatmu, menunjukkan siapa engkau yang sesungguhnya. Own, Yn seringkali memantau kisah yang engkau ukir, meskipun kita berjauhan raga. Alhamdulillah, sempurnanya kita bersaudara dalam naungan keluarga.

***

ODDY. Kini, tepat pada hari ini, satu hari sebelum pergantian tahun, semua kita sedang berpencar. Wah! Kita menyebar, dan sedang dibatasi oleh jarak yang membentang. Oddy, saat ini ada di Pekan Baru, Riau. Waaaaaaaaaaaaaaaaa….. jauhnya jarak tercipta di antara kita, wahai saya punya saudara. Bagaimana kabarnya adikku yang jauh di sana? Adakah engkau baik-baik saja? Shalatnya lancar, kan? Sudah makan siangkah? Sudahkah engkau masak menu special seperti detik-detik untuk memeriahkan hari raya, tahun kemarin? Ai!

Oddy, beliau adalah adik laki-lakiku yang saat ini juga jauh dari keluarga. Padahal, beliau adalah si bungsu yang selama ini belum pernah sekalipun berjauhan jarak dengan Ayah dan Amak.  Pasti semua ini menyisakan desakan kuat di dalam jiwa orang tua kami. Ya, beliau yang kini juga sedang melangkahkan kaki, menyusuri jalan kehidupan untuk merubah nasib diri. Yes! “Dengan berusaha dan berupaya sepenuh hati, maka Insya Allah, kita mampu menjadi lebih baik lagi, Ted. Teruskan perjuangan, jalan yang panjang dan indah membentang di masa depan, sedang menanti untuk kita lalui. Merdekaaa!”  Dengan ekspresi yang berapi-api, saya merangkai kalimat dalam dua paragraf yang terakhir ini, tiada henti. Hingga akhirnya, terbentuklah ia. Hahaaaa… karena saat menulis bagian ini, saya sedang membayangkan wajah Oddy, yang lucu itu. Ia kini pasti makin tinggiiiiiii…. 😀

Saya jadi ingat saat pertama kali kami berjumpa lagi. Semenjak awal kami berpisah beberapa tahun yang lalu. Saya kaget dong, karena tiba-tiba!! Oddy sudah menjulang tinggiiiiiii sekali. Sampai-sampai saat saya mau menatap matanya, perlu mengangkat wajah lebih tinggi lagi. Oddy, Uni selamanya meriiiiindukanmu. I miss you so much. I love you. Hohoooo…. kapan kita belanja keperluan rumah tangga bersama? Kan saat ini Oddy sudah punya penghasilan sendiri.  Mari kita tambah teman-teman dari perabotan yang sudah ada. Mmmmmm…. kita beli mesin cuci yuuks..??!     😀 Gimana?

Eits! Yang saya kagumi dari adikku ini, beliau sangat baik hati. Iya, lihatlah teman, lihatlah… silakan engkau berkunjung ke rumah kami. Ketika engkau bertemu dengan kulkas, kursi buat duduk, televisi buat nonton, dan lain-lainnya perabotan rumah yang sebelumnya kami tak punya. Adalah, beliau berpartisipasi dalam membeli.  Ai! Saya jadi terharu, saat Ibunda menceritai akan hal ini. Sangat terharu. Sampai saat ini, masih terharu dan “Aku bangga memilikimu. Engkau inspirasi yang terus menemani dan mengingatkan diri ini untuk bangkit lagi, setelah ia terbuai goda bernama suara hati, wahai adikku, yang baik yaa.”

 

Catatan: Bonus Awal Tahun 2012 dari kalender/almanak/tanggalan yang saat ini sedang menggantung di dinding kamarku, berjudul:

Membentuk Karakter Mulia

 

”Sifat mulia yang dimiliki orang dewasa dibangun sejak dari usia anak-anak..

Orang tua yang baik adalah orang yang mengenalkan nilai-nilai kebaikan dan keburukan kepada anak-anaknya sejak kecil..

Masa anak-anak adalah waktu yang tepat untuk membentuk karakter yang mulia, karena anak-anak akan menampilkan apa adanya dari apa yang ada dalam pikirannya, perasaannya dan hatinya..

Orang tua yang baik akan mengembangkan potensi yang baik dan meredam potensi yang buruk pada anak-anaknya..

Nasihat yang penuh kasih sayang dan terus menerus akan sangat berkesan positif dan mendalam pada anak-anak, maka dengan mudah anak-anak akan merubah perilakunya setahap demi setahap sehingga akhirnya menjadi insan-insan yang mulia..”

-Ÿ€Šš…..O-Welcome 2012-O…..Ÿ€Šš-

🙂 🙂 🙂

Kisah telunjuk yang terluka

Awww… sesaat setelah pengetikkan catatan kali ini selesai, tiba-tiba saya merasakan ada sakit di ujung telunjuk kiri. Aaaaaaaaw, ia terluka ternyata!. Kisah telunjuk yang terlukaMungkinkah salah satu tombol  pada keyboard ini mampu melukai? Atau… nafa yaach? ;titip curhat yaa.. 😉


“Pesan-pesan positif dan konstruktif, sangat berguna demi masa depan kita”